Duta Besar Inggris, Moazzam Malik

Inggris Sangat Tertarik Belajar dari Indonesia

Duta Besar Inggris, Moazzam Malik
Sumber :
  • VIVA.co.id/Renne Kawilarang

VIVA.co.id - Sebagai umat Muslim, Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, mengaku sangat senang bisa menjalani ibadah shaum selama bulan suci Ramadhan di Jakarta. Bagi dia, atmosfir Ramadhan di Indonesia sangat terasa, dengan jam berpuasa yang lebih singkat ketimbang di Inggris.

Inggris Bangga Ambil Bagian Majukan Rakyat Indonesia

"Sesungguhnya berpuasa di Indonesia sangat enak dan mudah. Pertama, sebagian besar warga di sini ikut berpuasa dan, kedua, durasi siang hari lebih pendek," ujar Malik yang ditemui VIVA.co.id di Gedung Kedutaan Besar pada Rabu, 1 Juli 2015. 

 Malik mengaku, sebagai warga Inggris, dia disambut baik oleh warga Indonesia. Memiliki kedekataan secara religi dengan sebagian besar penduduk di Indonesia memudahkan Malik untuk melakukan pendekatan dengan komunitas Muslim. Hal tersebut ditambah, kemampuan Bahasa Indonesianya yang fasih. 

Duta Besar Inggris untuk Indonesia Kunjungi Papua

Malik mengatakan, walau baru delapan bulan berada di Indonesia, tetapi dia gencar menjalin kontak dengan berbagai organisasi besar Muslim di Indonesia, berkunjung ke berbagai universitas dan pesantren. Bahkan, Malik tak canggung untuk keluar dan turut membaur bersama masyarakat. 

Melalui akun Twitter pribadinya @MoazzamTMalik, terlihat bagaimana mantan ahli ekonomi itu menjajal masakan kaki lima yang ada di depan gedung Kedutaan dan berjalan kaki untuk melawan ganasnya kemacetan di Jakarta. 

Cara Inggris Gaet Lebih Banyak Pelajar RI

"Saya memang suka makan di warung. Saya suka makan tongseng dan nasi rawon. Baru-baru ini saya mencoba naik bus Trans Jakarta dan melihat bagaimana cara transportasi itu beroperasi," kata Malik. 

Perbincangan dengan Dubes Malik juga menyentuh isu ekstremisme dan terorisme. Beberapa waktu lalu, 38 warga Inggris menjadi korban pembunuhan secara sadis di Hotel Imperial Mahraba, Tunisia.

Seorang pemuda Tunisia yang menjadi korban radikalisasi melepaskan tembakan secara membabi buta kepada para turis yang tengah berlibur di hotel itu. Pelaku diketahui bertindak atas seruan kelompok militan Daulah Islamiyah dan al-Syam (ISIS). 

Malik berpendapat kelompok ekstrim tersebut telah menyalahgunakan nama Islam sehingga agama tersebut kerap disalah artikan. 

"Padahal, Islam merupakan agama yang cinta damai, namun disalahgunakan oleh satu kelompok untuk membenarkan tindak kekerasan yang mereka lakukan. Tindak kekerasan tidak akan menjadi solusi terhadap permasalahan," kata Malik. 

Dia menyebut untuk bisa menghalau paham ekstrimisme, Inggris turut menggalang kemitraan dengan berbagai negara, termasuk Indonesia. Di mata Malik, Indonesia cukup sukses dalam membendung pengaruh terorisme agar tak masuk ke Tanah Air.

Lalu, apa saja kerja sama yang digalang Inggris dengan Indonesia untuk mencegah meluasnya paham ISIS? Apa pendapat Malik serta kontribusi yang dapat diberikan Inggris terhadap carut marut dunia sepak bola Indonesia?

Berikut ini perbincangan khusus VIVA.co.id dengan Dubes Malik:  

Bagaimana rasanya bekerja di Jakarta selama bulan Ramadhan?

Assalammualaikum kepada para pembaca media Anda, terima kasih telah mengundang saya. Sangat menyenangkan untuk berada di Jakarta ketika bulan Ramadhan. 

Ini merupakan kali pertama menjalankan bulan Ramadhan di Indonesia. Sebelumnya, sering kali Ramadhan saya habiskan di Inggris. 

Tentu berpuasa di Indonesia terasa berbeda. Di Inggris, Muslim merupakan kaum minoritas, jadi Anda tidak dapat merasakan atmosfir Ramadhan. Durasi puasa di Inggris juga lebih panjang saat musim panas seperti saat ini.

Di sana siang hari lebih panjang ketimbang malam hari. Sehingga Anda berpuasa hampir 19 jam. 

Waktu berpuasa dimulai dari dini hari hingga malam. Sementara, di Indonesia berpuasa dilakukan lebih mudah karena dua hal, pertama sebagian besar warga ikut berpuasa, dan kedua durasi siang hari berbeda. Sesungguhnya berpuasa di Indonesia enak. Saya sangat menikmatinya.

Apa kegiatan-kegiatan yang membuat Anda terkesan ketika menjalani Ramadhan di Indonesia?

Saya ikut mendatangi beberapa acara buka puasa. Kemudian, saya juga menggelar beberapa acara buka puasa di kediaman dinas bersama beberapa staf, kolega, diplomat dan beberapa rekan dari Indonesia. Momen itu sangat menyenangkan. Kami dapat berbuka puasa di luar. Makanan kecil yang disajikan sangat enak. 

Saya juga menikmati masakan Indonesia. Sangat nyaman dan enak ketika menjalani bulan Ramadhan di Indonesia.

Bagaimana Anda mendekatkan diri dengan komunitas Muslim agar bisa memperkuat hubungan antar-warga kedua negara?

Selama lebih dari delapan bulan di Indonesia, saya mencoba untuk menjalin kontak dengan organisasi besar Muslim di sini seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan LSM lainnya. Saya mencoba untuk berkunjung ke berbagai masjid berbeda setiap pekan. Biasanya di masjid itu saya menunaikan ibadah salat Jumat. 

Selain itu, saya juga selalu mengusahakan untuk bertemu dengan para pelajar dalam kunjungan saya baik di Jakarta atau di luar kota. Paling tidak sebulan sekali, saya berkunjung ke luar kota.

Saya kerap berkunjung ke berbagai universitas, banyak di antaranya Universitas Islam. Pesantren juga tak luput saya kunjungi, baik yang berlokasi di Jakarta atau luar Jakarta.

Kendati saya baru berada di sini selama delapan bulan, tetapi saya ingin sekali memahami bagaimana Islam sesuai dengan nilai-nilai Indonesia.

Bagaimana di Indonesia yang menerapkan toleransi, pluralisme dan nilai-nilai demokrasi secara harmonis kendati sebagian besar penduduknya Muslim. Ini merupakan sesuatu yang unik dan spesial jika dibandingkan negara Muslim lainnya.


Duta Besar Dubes Inggris Moazzam Malik

Saya mencoba belajar, karena saya yakin banyak hal yang bisa dipelajari dari Indonesia. Saya pikir model yang diterapkan Indonesia sesuatu yang khusus.

Oleh sebab itu, saya dan kolega di Inggris sangat tertarik mempelajari itu. Saya rasa negara-negara di Asia bisa datang ke Indonesia dan belajar dari toleransi yang relatif baik di sini.

Bukan berarti, Indonesia terbebas dari isu ekstrimisme, karena ada tren kecenderungan paham tersebut di seluruh dunia. Ini menjadi tantangan berat untuk kita semua.

Tetapi jika dibandingkan dengan semua negara di mana saya pernah bekerja, baik di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Afrika Timur, Indonesia melakukan lebih baik dalam hal mengelola ancaman tersebut. Tetapi, kita semua tetap harus bekerja keras, karena isu ini sudah menjadi isu global dan internasional. 

Bagaimana pemerintah kedua negara berbagi solusi untuk mengatasi isu ekstrimisme? Kolaborasi konkrit apa yang telah dilakukan untuk mengurangi pengaruh itu?

Kedua pemerintah, Inggris dan Indonesia membahas isu ini secara reguler, seperti misalnya ketika saya baru-baru ini bertemu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Kemudian, saya juga membahasnya ketika bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. 

Kami telah bekerja bersama dengan Indonesia selama beberapa tahun untuk mendukung upaya melawan terorisme, terkait penyelidikan, penahanan dan lain-lain.

Hasilnya luar biasa. Kemampuan polisi Indonesia dalam menangani isu ini cukup kuat dibandingkan negara lain. Tetapi, Pemerintah Inggris juga tertarik untuk berbagi pendekatan dalam menghadapi ekstrimisme. 

Sebelumnya sudah ada dialog terkait isu ini selama bertahun-tahun. Perdana Menteri David Cameron sudah pernah berkunjung ke Universitas Al-Azhar dan Pesantren Darunnajah di tahun 2012 lalu.

Saya berniat untuk tetap mempertahankannya, memperbarui dan membangun dialog yang lebih dekat terkait isu antar agama. Saya rasa ada agenda penting. 

Hal lain yang penting untuk dikatakan, isu ini tidak hanya menyangkut agama. Isu ini juga terkait isu kesetaraan, sosial dan kesempatan bagi publik untuk menyalurkan aspirasi mereka di masyarakat melalui jalur yang damai.

Saya pikir kerja sama di bidang bisnis, investasi, perdagangan dan pendidikan bisa terus dikembangkan. Bahkan, kedua pemerintah bisa membangun kerja sama di bidang budaya.

Ini merupakan bagian membangun hubungan di antara dua negara yang dalam dan kuat yang dapat membantu mengatasi risiko ekstrimisme.

Bagaimana Anda menjangkau masyarakat kedua negara untuk membantu pemerintah isu ekstrimisme? Apakah Anda berharap terjalin lebih banyak kontak?

Tentu, saya berharap ada lebih banyak kontak, diskusi. Sebelumnya ada delegasi dari Inggris yang berkunjung ke Indoneia untuk berbicara dengan pihak terkait di sini. Saya berharap diskusi dua arah semacam itu lebih sering. 

Setiap tahun, Imam senior dari Indonesia berkunjung ke Inggris untuk memimpin salat Idul Fitri. Saya berharap tahun ini, Imam yang dikirim tidak hanya memimpin salat, tetapi juga berkomunikasi dengan media Inggris dan menjelaskan mengenai Islam di Indonesia.

Saya berharap lebih banyak kontak antara organisasi Inggris dan Indonesia, khususnya membahas isu antar agama dan dimensi keagamaan, serta bidang yang lain. Di bidang pariwisata, sekitar 10 ribu turis Inggris berkunjung ke Bali setiap bulan. Ke depannya, saya berharap terjadi peningkatan kunjungan turis kedua negara.

Saya ingin lebih banyak orang Indonesia yang berkunjung ke Inggris, untuk bisa melihat secara langsung seperti apa Inggris itu dan menikmati waktu di sana. Para turis itu diharapkan bisa membawa kembali kesan bahwa Inggris adalah negara yang modern dan mitra bagi Indonesia. Saya berharap, lebih banyak pertukaran mahasiswa kedua negara. 

Saya ingin lebih banyak mahasiswa Indonesia belajar di Inggris. Sebaliknya, semoga lebih banyak mahasiswa Inggris berkunjung ke Indonesia. Saya berharap ada pertukaran kerja sama di antara kedua universitas. 

Ke depan, saya berharap lebih banyak kerja sama di bidang seni. Ada rencana beberapa perusahaan seni dan seniman asal Indonesia yang akan tampil di beberapa kota besar di Inggris seperti London, Edinburgh, Cardiff dan Glasgow. 

Yang tak boleh dilupakan, tentu kami saling bertukar nilai mengenai sepak bola. Olah raga itu sangat populer di Indonesia dan Inggris. Baik kaum muda atau tua seperti saya tetap mengikuti pertandingan liga Inggris.

Apakah akan ada kerja sama untuk bertukar informasi intelijen dan keamanan untuk mencegah meluasnya pengaruh kelompok Daulah Islamiyah dan al-Syam (ISIS)?

Kelompok yang menamakan Daulah Islamiyah ini menyalahgunakan nama Islam, agama yang cinta damai, lalu melakukan tindak kekerasan. Kelompok tersebut mengancam kita semua, lebih dari 200 WNI, sebagian lagi mengatakan ada 500 WNI yang berangkat ke Irak dan Suriah untuk bergabung bersama ISIS.

Sementara itu, lebih dari 500 atau mungkin 700 warga Inggris juga pergi ke kedua negara itu untuk bergabung dengan ISIS. Jadi, ini merupakan tantangan bagi kedua negara dan negara lain di kawasan. 

Kita harus bekerja keras untuk menyampaikan para pemuda, ini merupakan pencegahan. Mereka bisa menemukan keyakinan yang baik, mereka bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat melalui cara yang damai tanpa harus melibatkan tindak kekerasan. 

Kita juga harus mempertimbangkan sisi keamanan, karena sebagian dari mereka yang pernah ada di sana bisa kembali dan melakukan tindak terorisme entah di Indonesia atau di Inggris.

Kunjungan Dubes Inggris Moazzam Malik ke pesantren Darunnajah, 10 April 2015.

Dubes Inggris, Moazzam Malik, ketika berkunjung ke Pesantren Darunnajah, 10 April 2015 (Foto: VIVA.co.id/Reza Fajri)

Jadi, banyak hal yang bisa dilakukan bersama, entah terkait saling bertukar ide, melakukan tindak pencegahan terorisme, seperti yang telah saya katakan sebelumnya Indonesia melakukan hal ini lebih baik dibandingkan negara lain, tetapi kita juga perlu mengelola situasi keamanan. 

Di Inggris, kami harus memperbarui hukum tiap dua tahun sekali, karena sifat dari ancaman terus berubah. Sementara, di Indonesia, hukum terkesan masih lama, sehingga ini menjadi tantangan untuk memperbarui hukumnya. Tetapi kami siap untuk berbagi ide dan pengalaman.

Tidak ada satu orang pun yang memiliki jawaban sempurna untuk permasalahan ini. Tidak ada satu pun yang tahu, tetapi kami mencoba yang terbaik untuk mengendalikan risiko teroris dan kelompok ekstrimis ini terhadap perdamaian, demokrasi dan pembangunan di negara kami.

Ada banyak hal yang bisa kami lakukan dengan berkolaborasi dengan bertukar ide dan belajar dari pihak lain.

Menurut pendapat Anda, apa yang menyebabkan sejumlah pemuda dari Inggris dan Indonesia rela meninggalkan semua yang mereka miliki dan memilih berperang di Irak dan Suriah?

Itu merupakan pertanyaan yang sulit dan saya khawatir, saya bukan ahlinya. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal itu.

Narasi yang digunakan oleh kelompok ekstrimis ini dengan mudah menyebabkan para pemuda yang memiliki prinsip tertentu tidak memahami ide mereka secara menyeluruh.

Yang terjadi di lapangan sangat berbeda. Dari kasus yang ada, warga Indonesia dan Inggris yang berangkat ke sana, mengaku kecewa dengan apa yang ditemukan di lapangan.

Banyak dari mereka yang kembali dan mengatakan hal tersebut tak masuk akal. Tetapi, dari banyak yang menyatakan kekecewaannya, banyak dari mereka yang dicegah untuk kembali.  

Kenyataan yang ditemukan di lapangan, tindak kejahatan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis, menjadi fakta yang jelas untuk tetap membiarkan para pemuda tetap berada di negara asal dan mewujudkan aspirasi mereka di dalam negeri.

Tetapi, permasalahannya bukan hanya mengenai para pemuda, melainkan juga masyarakat. 

Kita harus bisa memastikan bahwa para pemuda kita bisa memperoleh pendidikan dan kesempatan kerja agar dapat memperbaiki kualitas kehidupan serta mewujudkan mimpi mereka.

Saya pikir hal tersebut menjadi tantangan bagi kita semua, baik itu kedua pemimpin, pemerintah kedua negara untuk mengambil posisi yang jelas dan memahami apa yang diajarkan oleh kelompok ini tak sesuai dengan ajaran Islam atau agama apa pun.

Dalam kelompok itu, tindak kekerasan dilawan kembali oleh kekerasan. Padahal, tindak kekerasan bukan menjadi solusi bagi permasalahan apa pun. 

Sehingga kita semua perlu bekerja keras untuk bisa mengelola risikonya. 

Apakah Pemerintah Inggris memiliki kebijakan dan panduan khusus bagi warganya setelah terjadi tindakan teror di Tunisia?

Pertama, saya ingin menyampaikan rasa duka cita mendalam terhadap keluarga korban. Sejauh ini terdapat 22 korban yang dipastikan warga Inggris [note: BBC pada 10 Juli 2015 menulis total korban 38 warga Inggris]. Tetapi, kami menduga, angkanya bisa terus bertambah.

Mereka adalah orang-orang yang tak bersalah dan tengah berlibur di sebuah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Tetapi, malah menjadi korban dari serangan yang brutal.

Kedua, saya mengecam tindakan yang dilakukan terhadap warga yang tak bersalah di Tunisia. Pada Jumat pekan lalu, Inggris akan menggelar sebuah penghormatan khusus dan dilakukan secara nasional [minute of silence]. 

Jika dilihat identitas korban, ada yang berasal dari Inggris dan negara lain. Mereka ada yang diketahui Muslim dan non Muslim. Pemerintah kami tengah memikirkan kebijakan selanjutnya yang ditempuh untuk merespons situasi tersebut. Kami harus memilih opsinya secara berhati-hati.

Himbauan untuk berkunjung ke Tunisia telah diperbaiki dan diperbarui [Note: Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, pada Kamis pekan lalu telah meminta agar semua warga Inggris meninggalkan Tunisia, karena kemungkinan besar akan terjadi serangan teror lainnya]. Hal tersebut bisa dibaca di situs kantor Kemlu.

Kami juga berbicara dengan kolega dan mitra internasional, termasuk Tunisia untuk mencari tahu apa yang bisa dilakukan bersama-sama dan mengurangi risiko tindak terorisme terhadap warga yang tak bersalah di seluruh dunia.

Jumlah pemeluk Islam di Inggris setiap tahun terus bertambah, bahkan diprediksi Islam akan menjadi agama terbesar di sana. Apakah Pemerintah Inggris menyambut baik fakta itu?

Inggris merupakan negara yang beragam. Ada beragam penduduk dari seluruh dunia yang bermukim di Inggris. Mereka juga memiliki keyakinan yang berbeda.

Saat ini, hampir 5 persen dari penduduk di Inggris adalah Muslim. Artinya itu mencapai 5 juta dari 60 juta penduduk Inggris.

Sebagian besar dari mereka hidup secara damai, bahkan turut berkontribusi tidak saja di bidang ekonomi namun juga kebudayaan yang beragam. Mereka warga Inggris dan telah menjadi bagian yang menyatu dari masyarakat Inggris.

Memang jumlah pemeluk Islam diprediksi relatif naik di Inggris dan seluruh Eropa dalam 10 tahun. Itu hanya menggambarkan tren demografi.

Mereka merupakan bagian dari masyarakat Inggris yang telah menyatu. Inggris merupakan rumah mereka. 

Isu utama yang menjadi fokus kami yaitu apakah mereka bisa hidup bahagia, damai, produktif di Inggris, mematuhi aturan dan berkontribusi bagi negara ini. 

Apakah meluasnya pemberitaan mengenai kelompok ekstrimisme oleh berbagai media turut berdampak bagi Muslim di Inggris? Apakah warga Inggris secara umum, bisa memahami ISIS tak mencerminkan Islam?

Kami paham betul bahwa ISIS atau ISIL tak mencerminkan Islam. Begitu pula pemeluk Islam di Inggris, mereka menyadari ISIS tak mencerminkan perbuatan yang diajarkan dalam keyakinannya.

Saya rasa Muslim di seluruh dunia juga telah mengetahui itu. Bahkan, mereka tak layak menggunakan nama Islam. 

Ada beberapa individu yang tertarik dengan ideologi kelompok ekstrimis tertentu lalu bersedia berperang bersama mereka. Hal tersebut terjadi di Inggris dan Indonesia. Hal tersebut tentu menciptakan reaksi di Inggris. 

Muslim menjadi kaum minoritas di Inggris. Di komunitas, jika ada oknum tertentu yang buruk, masyarakat tentu merasakan tekanan terhadap itu.

Ada juga individu di luar dari komunitas yang mengalami Islamofobia. Itu merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Dibutuhkan pendidikan dan upaya untuk meningkatkan pemberian informasi Islam adalah agama yang damai dan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi modern dan progresif, sehingga Islam dan komunitas di Inggris dapat hidup saling mengisi.

Selain itu, mayoritas dari penduduk bisa menjadi bagian dari masyarakat. Apa pun pencapaian atau kontribusi Anda terhadap masyarakat tidak ditentukan berdasarkan ras, warna kulit atau agama.

Bagaimana Pemerintah Inggris melihat isu sepak bola di Indonesia dan mendukung agar industri itu bisa kembali hidup?

Saya pikir ini isu yang sulit yang harus dituntaskan oleh Pemerintah Indonesia sendiri. Saya tak yakin apa bisa memberikan saran terkait isu ini.

Tetapi, yang saya harapkan, isu ini bisa dituntaskan secara cepat. Liga Indonesia bisa mempromosikan dan menghasilkan pemain yang berbakat, memiliki liga sepak bola dan tim nasional yang kuat.

Sebagai negara yang memiliki penduduk 250 juta, Indonesia seharusnya bisa bermain di tingkat yang lebih tinggi lagi di dunia internasional dibandingkan saat ini. Kami mendukung terkait dengan program itu dengan menggelar sebuah acara untuk mengasah kemampuan para pemain sepak bola. 

Program tersebut merupakan kemitraan liga primer dengan Konsuler Inggris. Melalui program ini, kami mengirim pelatih dari klub sepak bola Liverpool dan kemudian mereka melatih para pemuda termasuk anak-anak jalanan. 

Walikota Bandung, Ridwan Kamil, berharap program tersebut bisa diperluas hingga ke Bandung. Kami berharap program tersebut bisa terealisasi di akhir tahun ini atau tahun depan. Selain itu, ada pula kemitraan antara maskapai Garuda Indonesia dalam melatih anak-anak Liverpool. 

Di luar dari tayangan sepak bola yang ditonton oleh banyak orang, saya pikir inin bisa menjadi contoh kecil di mana kedua negara berkolaborasi dan meningkatkan kerja sama di bidang sepak bola. 

Proyek bilateral apa saja di bidang ekonomi yang akan direalisasikan pada tahun ini?

Ada beberapa investor Inggris yang telah aktif di Indonesia. Inggris ada investor terbesar ketiga di Indonesia. Ada beberapa perusahaan Inggris lainnya yang tertarik untuk datang ke Indonesia.

Bidang kerja sama tradisional yang secara aktif dilakukan di bidang migas, tetapi Anda juga bisa temukan ada bidang lain juga yang aktif untuk dijadikan lahan bekerja sama.

Jika Anda bepergian ke pusat perbelanjaan, Anda bisa menemukan merk-merk retail Inggris yang sangat sukses di Indonesia. Di sini juga ada bank-bank Inggris, beberapa perusahaan asuransi. 

Tetapi yang ingin saya tekankan, investor dan perusahaan yang ingin masuk ke Indonesia, ingin bermitra dalam jangka panjang. Mereka tertarik untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Indonesia, berinovasi dan menawarkan produk lebih baik namun dengan harga yang lebih kompetitif bagi konsumen Indonesia.

Jadi, pihak yang pertama kali diuntungkan sebenarnya adalah Indonesia, sebagai negara berkembang yang sukses selama 10 tahun terakhir dan memiliki potensi besar. Tetapi, Indonesia membutuhkan suntikan modal dari luar negeri, tenaga kerja berkualitas dan inovasi. 

Pemerintah Inggris selaku mitra yang sejak lama berkomitmen dapat menyediakan hal tersebut. Kami menyadari Indonesia akan menjadi bagian dari negara-negara yang memiliki perekonomian besar di abad ke-21, sehingga jika Indonesia sukses, kami pun ingin ikut menjadi bagian dari kesuksesan itu. 

Investasi yang ditanamkan oleh para pengusaha Inggris saat ini, dorongan yang diberikan oleh pemerintah supaya mereka mau datang ke Indonesia dan berkomitmen dalam jangka panjang, tidak hanya memberikan keuntungan dalam waktu pendek, tetapi juga panjang. Hal tersebut baik untuk kedua negara. 

Apakah menurut Anda krisis keuangan yang terjadi di Yunani bisa turut berpengaruh terhadap hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia - Inggris?

Seperti orang lain, saya juga khawatir melihat situasi di Yunani, karena perekonomian mereka merosot 25 persen dalam tujuh tahun terakhir. Mereka kini tengah berada dalam tekanan dan masih menjadi bagian dari Uni Eropa.

Saya berharap yang terbaik bagi rakyat Yunani oleh sebab itu saya khawatir. 

Tetapi, saya pikir situasi yang terjadi di Yunani tidak akan berpengaruh terhadap hubungan bilateral Indonesia dengan Inggris. Landasan ekonomi Indonesia cukup baik dan kuat. Pasar yang ada di sini besar dan dinamis. 

Saya tahu Pemerintah Indonesia selalu berkomitmen untuk mempertahankan stabilitas perekonomian makro. Oleh sebab itu, mereka tengah berencana untuk memperbaiki infrastruktur dan mengurangi logistik.

Tetapi, mereka tengah memperbaiki aturan yang berlaku. Saya rasa jika pemerintah terus aktif dan memperjuangkan agenda tersebut, prospek perekonomian di Indonesia tetap positif.

Dubes Inggris untuk RI Moazzam Malik dan Presiden Joko Widodo.

Dubes Inggris, Moazzam Malik, ketika menyerahkan surat kepercayaan sebagai duta besar untuk Indonesia kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 2014. (Foto: ANTARA)

Apakah menurut Anda perekonomian Indonesia tetap berada di jalur yang benar kendati tengah mengalami perlambatan?

Saya pikir iya. Situasi di luar Indonesia kini tengah mengalami masa sulit, seperti yang dialami oleh negara lain, oleh sebab itu perekonomian mengalami perlambatan. Saya pikir, Pemerintah Indonesia tak membuat kesalahan, bahkan mampu mengelola situasinya secara baik. 

Tetapi, mereka perlu melakukan lebih khususnya terkait reformasi sistem peraturan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, mempertahankan stabilitas perekonomian makro. Saya pikir dengan kebijaksanaan dan kepemimpinan yang kuat, Indonesia bisa melalui ini. 

Sebab, Indonesia telah memiliki dasar yang kuat dan saya pikir investasi dari luar dan dalam negeri akan lebih berpihak terhadap reformasi dan kepemimpinan pemerintah. 

Berbicara mengenai gaya Anda yang senang "blusukan," apakah itu ciri khas Anda atau bagian dari strategi diplomasi yang diterapkan di Indonesia?

Apa yang Anda lihat dalam akun saya di Twitter adalah diri saya sesungguhnya. Ini merupakan kali pertama saya ditugaskan sebagai Duta Besar. Sebelumnya, karier saya lebih banyak berkutat sebagai ahli ekonomi atau banyak bersinggungan dengan LSM dan pengusaha. 

Apa yang ada di dalam akun Twitter saya, memang hal-hal yang saya sukai. Di sana berisi cerita orang-orang yang saya temui, hal-hal yang ingin saya lakukan, saya senang berjalan-jalan, makan di warung. Baru-baru ini saya mencoba naik bus Trans Jakarta dan melihat bagaimana cara beroperasinya. 

Memang beberapa waktu lalu saya mencoba pulang lebih awal dari kantor untuk berbuka puasa dengan keluarga saya di rumah. Tetapi itu semua tak bisa terealisasi karena jalan-jalan begitu macet. Tadinya saya ingin pulang berjalan kaki.

Anda ingin berjalan kaki dari Gedung Kedutaan menuju ke rumah?

Saya pernah mencobanya sekali dan mungkin saya akan melakukannya lagi. 

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berjalan kaki dari Kedutaan menuju ke rumah?

Lebih dari setengah jam. Tetapi itu lebih cepat, khususnya jika situasi tengah macet. 

Apakah Anda juga bersepeda di saat Car Free Day di Jakarta?

Saya pernah bersepeda saat Car Free Day. Khususnya jika Anda ingat pada bulan November lalu, Wali Kota Boris Johnson tengah berkunjung ke Jakarta dan bersepeda saat Car Free Day.

Saat itu, kami naik sepeda bersama Presiden Joko Widodo dan Gubernur Ahok dari Bunderan HI menuju ke Istana Negara. Saat itu benar-benar menyenangkan. 

Secara pribadi, sesekali saya bersepeda. Tetapi belum pernah mencoba untuk mengayuh sepeda menuju ke tempat kerja. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya