Deputy CEO XL, Dian Siswarini

Fokus XL Mendigitalkan Kota dan Desa

Deputy CEO XL, Dian Siswarini
Sumber :
  • XL
VIVA.co.id
XL Terapkan Teknologi Penunjang 4G LTE
-
Musim Haji, XL Sediakan Paket Khusus
Dian Siswarini bisa dibilang ‘perempuan di sarang penyamun’. Saat bidang yang digelutinya didominasi pria, lulusan ITB ini sudah menduduki posisi sebagai ahli jaringan di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, XL.

Wanita yang sempat mengenyam Harvard Advance Management Program, Harvard Business School, USA pada tahun 2013 ini telah memiliki pengalaman sejak 1991 di industri telekomunikasi. Ia bergabung dengan XL sejak 1996 dan memegang berbagai jabatan kunci pada Departemen Network dan Engineering.

Mokado, Cara Baru Beli dan Beri Kado

Pada 2007 beliau diangkat sebagai Direktur Network Services yang kemudian berubah penyebutannya menjadi Direktur/Chief Technology. Seiring dengan perubahan strategi, pada tahun 2011 beliau memimpin departemen Content and New Business sebagai Direktur/Chief Digital Services Officer sampai tahun 2013. 

Beralihnya bisnis telekomunikasi, dari suara dan SMS ke arah data, membuat keahlian Dian selama 20 tahun diperhitungkan untuk membesarkan XL. Tidak heran jika penguasaannya itu kemudian membuat ia diisukan sebagai suksesor CEO  XL. Isu ini semakin santer ketika Dian sempat dibajak oleh Axiata, yang juga investor mayoritas XL, untuk menduduki posisi sebagai Group Chief of Marketing and Operation Officer untuk membantu pertumbuhan seluruh anak perusahaan Axiata, termasuk Perseroan.

CEO XL, Hasnul Suhaimi dan Deputy CEO XL, Dian Siswarini

CEO XL, Hasnul Suhaimi dan Deputy CEO XL, Dian Siswarini

 

Lalu bagaimana tanggapan Dian terkait isu karirnya dan juga industri telekomunikasi secara umum? Berikut rangkuman wawancara Viva.co.id dengan Dian Siswarini di Lombok beberapa waktu lalu.

Apa tanggapan Anda yang digadang-gadang akan menjadi CEO XL?

Saya no comment, ya. Yang mengangkat kan shareholder sebetulnya. Pak Hasnul memang pernah bilang, jika dari internal, saya kandidatnya tapi kan bisa jadi shareholder punya kandidat lain. Jadi ya tunggu saja lah. 

Pencapaian XL di 2014?

Kami sudah melakukan akuisisi Axis, kami juga telah melakukan relaunch brand. Yang terbaru adalah launch 4G LTE di 4 kota. Total pelanggan kami sampai akhir tahun kemarin ada 59,6 juta.

Tapi beberapa tahun belakangan profit XL tidak begitu baik?

Ada banyak hal di luar kontrol kita belakangan ini. XL selaku positif sejak sampai 2013 lalu. Pengaruh devaluasi rupiah, juga Axis yang kita beli cukup mahal. Impact dari pembelian Axis diharapkan netral di kuartal dua tahun ini. Efek positif pembelian Axis baru akan bisa di rasa tahun depan. Kami juga sekarang telah menjadi operator nomor dua terbesar di Indonesia.

Fokus XL di 2015 sendiri seperti apa?

Yang jelas, pertama, kami akan membawa masyarakat Indonesia ke era digital. Kami juga mendukung pemerintah  mewujudkan Indonesia Broadband Plan, baik dengan implementasi 4G LTE, menggalakkan internet untuk maritim, turisme, agriculture dan sebagainya. Dan yang pasti kami fokus mendigitalkan desa dan kota di Indonesia.

Terkait LTE, apa yang harus dilakukan operator agar bisa sukses?

LTE itu harus dilakukan, terkait roadmap global dan pemerintah juga. Kami tidak hanya menyiapkan network tapi juga perangkat pendukung yang murah. Selain itu aplikasi diperbanyak dan edukasi juga harus gencar. Perbandingan ke market lain, Indonesia itu negara ke-111 yang implementasi LTE. Perubahannya cukup signifikan karena dari 2G langsung ke 4G.

Soal tarif data LTE, kabarnya akan mahal, beda dengan paket data yang ada sekarang?

LTE itu dibuat untuk memberikan kenyamanan, untuk mereka yang membutuhkan kuota jauh lebih besar. Jika kami jual sachet-an, kuota akan cepat habis. Jadi strategi pricingnya tidak cocok yang sachet-an. Cocoknya paket dengan kuota besar. Apalagi kualitas LTE lebih tinggi dari 3G sehingga yang kami berikan di LTE adalah kualitas. 

Akankah LTE di Indonesia bernasib seperti 3G?

Jika bicara data service, kita bicara data volume. Layanan 3G dalam 10 tahun, penetrasinya hanya 30 persen. Volume tidak besar, cost kecil. Oleh karena itu LTE harus di-push agar pengguna lebih cepat pindah dari 2G, 3G ke 4G. Sepertinya layanan 4G masih akan mendominasi sampai 2020, setelah itu baru dikalahkan LTE.

Setelah 3G dan 4G, XL akan meninggalkan 2G?

Kalau dilihat dari penambahan BTS, jumlahnya hampir sama dengan tahun lalu, hanya saja komposisinya beda. Kali ini 3G mendominasi, sedangkan penambahan 2G hanya sedikit. Ditambah ada 4G. Intinya di 2015 ini kami fokus di data, enabler utamanya adalah network. Sampai saat ini 2G masih 70 persen. 

Operator sekarang berlomba di data, mengapa?

Terjadi kenaikan per tahun di jaringan data. Trafik pun naik berkali lipat berimbas pada kenaikan revenue data. Ukuran utamanya di kami adalah penetrasi smartphone di jaringan XL. Ada sekitar 16 juta pengguna smartphone di akhir 2014, meningkat  drastis dari 2013 yang hanya 5 juta pengguna.

Terkait penyadapan yang rentan terjadi di perusahaan telekomunikasi?

Sebenarnya sistem yang dimiliki perusahaan telekomunikasi itu very protected. Orang yang tahu kodenya pun terbatas. Mereka yang bekerja sama pun harus menandatangani kode etik dan kerahasiaan. Baik vendor sim card maupun jaringan. Untuk sim card, kami pastikan, sudah lama tidak lagi bekerja sama dengan Gemalto.

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya