Dirut BCA, Jahja Setiaatmadja

Bunga Bank Masih Akan Stabil

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Kata sukses sepertinya masih terus melekat lama di pundak PT Bank Central Asia Tbk. Bukan hanya raihan pundi-pundi laba yang naik signifikan tahun lalu, melainkan bagaimana bank swasta nasional terbesar tersebut memprioritaskan kenyamanan dan keuntungan nasabahnya.

Tak mengherankan, apabila dengan sekitar 12 juta nasabahnya saat ini, BCA mampu mendongkrak laba bersih sepanjang Januari-September 2014 menjadi Rp12,2 triliun. Melesat 17,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp10.4 triliun.

Laba tersebut ditopang oleh total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya yang tumbuh 22,9 persen menjadi Rp30,1 triliun, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp24,5 triliun. Catatan positif ini mampu diukir BCA di tengah periode transisi politik maupun ekonomi di Tanah Air pada tahun lalu.

"Keberhasilan ini berkat kerja sama seluruh tim yang ada di BCA. Tidak ada yang merasa bahwa dia yang paling berjasa atas prestasi ini, karena semuanya berperan dan memiliki fungsi yang sama besarnya," ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja kepada VIVA.co.id di kantornya, Jakarta, belum lama ini.

Dalam Enam Bulan Keuntungan BCA Naik 12,1 Persen

Terkait tantangan perlambatan ekonomi dan transisi politik di Indonesia, dia mengungkapkan, BCA tetap fokus pada penerapan manajemen risiko yang prudent guna mencapai pertumbuhan kredit yang berkualitas. Pada saat yang sama, perseroan akan terus mendorong transaksi melalui EDC (electronic data capture) yang berbiaya rendah.

Bisa jadi, optimisme tetap diusung BCA untuk kinerja yang akan dijalani sepanjang tahun ini. Bukan tanpa alasan, meski tetap waspada dengan setiap perubahan yang ada, BCA mampu membuktikan sebagai bank yang memiliki kredibilitas baik.

Hingga kuartal ketiga 2014, portofolio kredit BCA meningkat 10,6 persen menjadi Rp330,7 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp298,9 triliun. Pertumbuhan portofolio kredit tersebut, terutama berasal dari kredit untuk pembiayaan bisnis (kredit korporasi, komersial, dan UKM), yang berkontribusi 85,5 persen dari total pertumbuhan kredit.

Berdasarkan data BCA, loan to deposit ratio (LDR) per September 2014 di level 75,9 persen. Secondary reserves sebesar Rp74,3 triliun atau 17,2 persen terhadap total DPK.

OJK Belum Restui Biaya Cek Saldo di ATM BCA

Non performing loan (NPL) gross di level 0,7 persen, capital adequacy ratio (CAR) 17,2 persen, return on asset (ROA) 3,9 persen, return on equity (ROE) 25,4 persen dan cost to income ratio (BOPO) 63,1 persen.

Presiden Director & CEO PT Bank Central Asia Tbk, Jahja SetiaatmadjaMengacu pada rentetan daftar tersebut, tak dipungkiri bahwa sosok Jahja Setiaatmadja merupakan tokoh sentral di balik prestasi yang dicapai BCA. Melalui 'tangan dinginnya', pria kelahiran 14 September 1955 tersebut selalu menggunakan prinsip utama bahwa sebagai pimpinan, dia selalu berusaha menjadi konduktor dalam sebuah orkestra.

ATM Jadi Barang Mahal Bagi Bank

"Saya harus tahu nada-nada apa yang dimainkan, produk-produk apa yang bagus untuk ditawarkan atau diberikan. Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa saya sebagai konduktor pun tak bisa memainkan seluruh alat musik yang ada di orkestra itu," ujar Jahja, yang memulai kariernya di BCA sebagai general manager.

Dia kembali menegaskan bahwa yang terpenting adalah harus tahu, misalnya alat musik biola ini nadanya sumbang karena harusnya begini. "Dengan demikian, saya bisa mengajak pemain biola tersebut untuk memperbaiki cara bermainnya agar tidak sumbang lagi," ujar pria yang terpilih sebagai presiden direktur BCA sejak 12 Mei 2011 itu.

Lalu, setelah meraih sukses pada tahun lalu, bagaimana Jahja Setiaatmadja bersama seluruh timnya mendorong BCA untuk menggapai level kinerja yang lebih tinggi lagi tahun ini?
 
Apa saja yang menjadi strategi BCA untuk tetap unggul dibandingkan bank-bank lainnya di Tanah Air? Dan, bagaimana kunci sukses BCA dalam memberikan tingkat kepuasan bagi nasabahnya?

Berikut wawancara khusus VIVA.co.id dengan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja:

Bagaimana target pertumbuhan kredit tahun ini?

Kredit pada 2014 tumbuh sekitar 11 persen, jauh lebih rendah dibandingkan 2013 yang bisa menembus di atas 20 persen. Alasannya karena pada 2014, sejak awal tahun sudah dipengaruhi berbagai faktor, seperti ada pilpres atau ketidakpastian politik, sehingga turut berimbas pada sektor perbankan termasuk suku bunga.

Kemudian mendekati kuartal ketiga dan keempat, likuiditas juga makin ketat. Dalam kondisi demikian, terus terang kami tidak terlalu mendorong laju perkreditan. Kalau pun tetap dipaksakan bisa meningkatkan NPL (non performing loan), bunganya juga bisa lebih tinggi lagi. Jadi, kami memilih untuk cooling down.

Tahun 2015, kami sejak awal tahun memang masih konservatif targetnya sekitar 14-15 persen pertumbuhannya. Tapi, tentunya, kami akan melihat situasinya, seperti kondisi politik yang kondusif, banyak investasi asing masuk, harga minyak tetap di level rendah, proyek-proyek pemerintah tetap berjalan dan itu akan menggairahkan sektor bisnis di Tanah Air. Yang tak kalah penting adalah ketersediaan likuiditas di pasar karena kenaikan kredit sekarang ini tergantung pada hal tersebut.

Paling mendominasi masih dari sektor korporasi, sedangkan kalau dari konsumsi relatif berkurang atau tak terlalu tinggi karena dari awal tahun ada ketentuan mengenai DP (uang muka) sebesar 30 persen untuk KPR (kredit perumahan rakyat). Itu, yang menyebabkan permintaan terhadap KPR relatif jauh berkurang. Kalau korporasi cukup tinggi, di atas 14-15 persen.

Bagaimana dengan likuiditas perusahaan?

Kalau BCA biasanya dipatok dari LDR (loan to deposit ratio), yang saat ini mencapai 76 persen pada 2014. Termasuk paling rendah dibandingkan yang lainnya karena industri itu pernah mencapai 92 persen. Tetapi kira-kira menjelang akhir tahun, saya perkirakan bisa 90 persen.

Likuiditas kami yang saat ini baru 76 persen, masih mencukupi dan dana yang kami tempatkan di BI (Bank Indonesia) untuk cadangan likuiditas masih sekitar Rp70-80 triliun. Kami masih menunggu sampai pemanfaatan dari nasabah.

Saat ini, berapa suku bunga KPR yang diterapkan BCA?

Kalau untuk KPR kami masih targetkan di kisaran 10-11 persen, tapi dalam memperingati HUT BCA ke-58 pada 21 Februari 2015, rencananya kami akan memberikan penawaran buat bunga KPR bisa di bawah sembilan persen. Kami tawarkan, misalnya untuk jangka waktu tiga tahun fixed (tetap) tapi di-cap lima tahun. Itu, paket yang kami tawarkan kepada masyarakat nantinya.

Apa strategi perusahaan untuk meningkatkan dana pihak ketiga (DPK)? Program apa yang bakal diusung?

Kalau strategi kami tetap fokus pada CASA (giro dan tabungan), kami tak mau terlalu bersaing di deposito. Untuk itu, kami mencoba terus menggerakkan nasabah-nasabah besar agar selalu menabung dan mengembangkan sistem EDC.

Apakah ada target penurunan atau kenaikan suku bunga? Berapa persen? Apa pertimbangannya?

Kekuatan kami dari CASA dan itu relatif hanya tiga bank besar di Indonesia yang kuat di situ. Selain BCA, juga ada Bank Mandiri dan BRI.

Akan tetapi, BRI berbeda karena ada segmen pedesaan. Jadi, yang betul-betul hampir sama adalah BCA dan Bank Mandiri. Nah, kedua bank ini sama-sama menawarkan bunga giro dan tabungan yang relatif rendah.

Dari BCA tidak ingin terlalu berniat meningkatkan dana deposito. Kami cari bunga kredit rendah supaya kualitas nasabah-nasabah juga bagus, sehingga NPL bisa rendah sekitar 0,6 persen. Dibandingkan bank lainnya, bisa dikatakan NPL kami lebih rendah.

Adakah syarat tertentu untuk dapat mengajukan KPR di BCA?

Kalau syarat-syaratnya biasa saja, seperti pada bank lainnya secara umum. Akan tetapi, kami prioritaskan di kota-kota besar sekitar 11 kota, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Batam, Bandung, Semarang, Makassar maupun Manado dan lainnya.

Alasannya, pertama, karena kalau ada permasalahan akan lebih mudah menyelesaikannya dengan nasabah yang bersangkutan. Kedua, kami tak mau frontal dengan BTN yang identik dengan 'RSSS' (rumah sangat sangat sederhana). Sedangkan kami, relatif yang kelas menengah.

Istilahnya, kebetulan dana kami besar sehingga BCA sanggup menawarkan bunga yang lebih rendah.

Terkait bagaimana memilih nasabah yang kami setujui untuk mendapatkan KPR, misalnya ada nasabah dari Unilever atau Astra dengan memberikan slip gajinya maka kami bisa percaya. Berhubung perusahaannya juga jelas dan yang bersangkutan memang karyawan dari perusahaan tersebut.

Namun, beda halnya, apabila nasabah yang datang, misalnya dari 'PT Angin Ribut' meski menunjukkan slip gajinya, tapi kami kurang percaya sekalipun sama-sama menunjukkan slip gajinya sebesar Rp15 juta. Untuk memastikan keabsahannya, data lain perlu kami minta, seperti rekening koran.

Jika dari data terakhir itu ternyata nasabah punya utang atau cicilan lain yang harus dibayarkan sebesar Rp12 juta, jelas menjadi pertimbangan besar kami. Itu, juga bagian dari keterampilan tim analis BCA dalam memberikan persetujuannya. 

Bagaimana dengan perkembangan tingkat bunga kredit tahun ini?

Presiden Director & CEO PT Bank Central Asia Tbk, Jahja SetiaatmadjaBunga masih akan stabil sehingga kami tak akan menurunkan bunga bank sendiri, namun dengan catatan, realisasi dan rencana bisa berbeda. Itu, karena situasi dan asumsi bisa bertolak belakang.

Kalau misalnya tahun ini, dana masuk dengan deras. Artinya, untuk memasarkan lebih luas tentu kami akan turunkan suku bunga yang ada.

Tetapi kalau sebaliknya, makin sulit mencari dana masyarakat, deposito cenderung naik, demikian halnya dengan bunga tabungan maka mau tak mau bunga pasti akan dinaikkan. Jika bicara di awal tahun masih belum tahu, apalagi negara berkembang sulit sekali kami bisa memastikan apakah naik atau turun, semua tergantung situasi.

Misalnya, sekarang lagi marak kasus BW (Bambang Widjojanto) dan BG (Budi Gunawan), pada waktu bulan Oktober lalu belum ada yang kepikiran akan terjadinya kasus seperti ini. Itu sesuatu yang bisa tiba-tiba muncul di luar perkiraan, tetapi kenyataannya harus tetap dihadapi. Begitu pun dengan bunga yang belum bisa diperkirakan naik atau turun karena realisasi yang berbeda dari asumsi.

Bagaimana Anda melihat persaingan di industri perbankan saat ini? Dan bagaimana pula tingkat likuiditas perbankan nasional?

Kalau sekarang kelihatan hampir semua bank tak lagi mencanangkan kredit tumbuh hingga 20 persen. Paling di kisaran 15-17 persen, itu yang membuat asumsi kami bahwa bunga masih stabil.

Akan tetapi, begitu ada suatu gelombang yang besar terjadi di luar industri tentu perbankan membutuhkan dana yang lebih besar dan mulai menawarkan suku bunga deposito pun lebih tinggi. Apabila ada satu atau dua bank melakukan itu,  maka bank lainnya akan mengikuti.

Ini yang menyebabkan terjadinya perang bunga. Kalau pun memang terjadi demikian, jelas bunga akan naik. Jadi kalau semua bank ikut aturan yang ada dan pertumbuhannya moderat 12-13 persen, masih oke, tak akan terjadi gejolak yang besar.

Pandangan Anda mengenai wacana pemerintah yang ingin menggabungkan Bank Mandiri dan BNI?

Semua tergantung kebutuhan. Namun, Indonesia memang memerlukan bank yang dapat bersaing di tingkat regional.

Kalau dilihat size atau ukuran, dari DBS saja bisa tujuh kali lebih besar dari Bank Mandiri, sehingga apabila digabungkan dengan BNI bisa mempersempit hanya tinggal sekitar dua hingga tiga kali saja. Jadi, untuk memiliki bank yang besar dan mumpuni ada baiknya digabung.

Tinggal opsi dari pemerintah saja bagaimana mengarahkan strategi ke depannya. Artinya, kalau memang untuk fight di regional, saya setuju saja, nggak masalah kalau kedua bank itu digabung. Meski demikian, tetap perlu diingat bahwa untuk menggabungkan dua bank yang besar tak mudah.

Terkait adanya pengaduan nasabah, bagaimana selama ini manajemen BCA menangani dan menyelesaikannya?

Kami punya unit khusus, seperti Halo BCA yang saat ini ditangani oleh 1.300 karyawan dan setiap hari menerima telepon masuk sebanyak 45 ribu. Telepon itu macam-macam, termasuk yang komplain mengenai ATM hingga kartu kredit.

Dan total transaksi BCA secara keseluruhan dalam satu hari bisa mencapai 13 juta. Tak ada gading yang tak retak, dengan jumlah transaksi demikian besarnya maka yang namanya komplain itu pasti ada.

Belum lagi, tak semua nasabah adalah 'nasabah yang baik'. Ada juga yang sengaja menciptakan komplain atau sengaja membuat komplain. Tapi, standar tetap kami lakukan, misalnya dalam satu hari ada 100 komplain yang serius maka itu yang akan menjadi prioritas.

Terpenting lagi adalah bagaimana respons kami dalam memperbaiki setiap keluhan nasabah agar tetap happy dengan BCA. Di sini kami juga bersyukur kalau memang ada nasabah yang datang dengan komplainnya. Artinya, kalau kami memperbaikinya dan dia merasa puas maka yang bersangkutan akan tetap menjadi nasabah BCA, momen-momen ini yang penting.

Yang membahayakan justru kalau tidak ada nasabah yang komplain, jangan-jangan sudah pindah ke bank lain. Jadi, selama ada nasabah yang komplain maka kami tetap welome saja, terima dengan senang hati.

Komplain paling berat yang ditangani BCA?

Kasus skimming. Biasanya kalau orang bayar pakai kartu kredit. Misalnya beli barang lalu diminta nomor kartu, terus nomor tiga digit di belakang kartu, itu bisa kejadian atau dia lagi belanja di merchant tertentu tapi ada alat perekam kartu. Dan ada kamera yang mengintip, karena kalau kartu saja yang direkam nggak akan bisa kebobolan. Tapi kalau kartunya direkam lalu PIN-nya diintip bisa dibobol.

Kalau kasus yang saya paling terkenang dan termasuk terberat, waktu kasus sindikat di Malaysia sekitar tahun 2013. Mereka punya teknologi, lalu sewa orang bayaran sehingga nggak tahu siapa bandarnya.

Tugas mereka itu datang ke Indonesia, pasang alat perekam di mesin-mesin, bukan hanya BCA yang kena, tapi saat itu ada juga beberapa bank. Kemudian, dicari tempat-tempat yang strategis, istilahnya di tempat-tempat orang yang punya uang. Jadi, ketika orang masukkan kartunya, mesin bisa membaca dan saat orang masukkan PIN-nya termasuk terekam nomornya.

Padahal, BCA sudah pasang penutup di mesinnya tapi itu juga dicopot sama para sindikat tersebut. Tiga empat jam kemudian, dipasang lagi tutupnya tapi alat perekam diambil dan diduplikat baru dikirim ke Malaysia. Mereka buat semua kartunya termasuk lembaran PIN di masing-masing kartu.

Mereka sempat berhasil membobol dan mengambil uang-uang nasabah tersebut. Namun, bersama pihak kepolisian kami berhasil membongkar kasus ini sehingga BCA tetap mengembalikan dana nasabah yang saat itu kebobolan sekitar Rp400-500 juta. Tapi, ada ribuan kartu yang terindikasi duplikat, sehingga kami langsung panggil nasabahnya dan mengganti dengan kartu resmi dari BCA beserta meminta nasabah untuk mengganti PIN yang lama.

Langkah BCA untuk meminimalisasi aksi kejahatan tersebut?

Presiden Director & CEO PT Bank Central Asia Tbk, Jahja SetiaatmadjaKami sudah pasang alat getar di mesin BCA sehingga orang akan susah untuk merekam. Yang paling penting dan mudah pastinya edukasi.

Saran saya, kalau mau masukin PIN, nasabah harus menutupnya sehingga tak akan kebobolan. Kemudian, usahakan setiap bulan lakukan penggantian nomor PIN.

Tapi untuk membuat nol kejahatan pembobolan ini, seperti maling jemuran saja. Paling melihat situasi juga apakah ada polisi, satpam, atau orang lain sehingga kalau tak ada siapa-siapa tetap akan diambil.

Sementara itu, dari BCA dengan 12 juta pelanggan harus tetap dijagai dengan tingkat pengetahuan, usia dan lainnya yang berbeda-beda. Akan tetapi, dengan teknologi yang kami miliki sejauh ini tak ada kasus yang tidak bisa diselesaikan meski semuanya memang membutuhkan proses.

Terkait upaya mengenal nasabah, prinsip apa yang ditekankan BCA? Termasuk mencegah praktik pencucian uang.

Kalau pencucian uang ada standar PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi keuangan), jika ada setoran tunai mendadak. Lalu, kalau dari profil nasabah nggak cocok tapi dia bawa uang Rp1 miliar untuk melakukan penyetoran, maka terus ada dalam pemantauan kami dan melaporkannya ke PPATK.

Tapi yang jelas, kami selalu berusaha mengenal karakter dari nasabah BCA. Namun, untuk benar-benar mengenal sampai 12 juta nasabah, tidak mungkin juga. Di luar negeri pun tak ada satu pun bank yang bisa mengenal sangat baik nasabahnya.

Meskipun demikian, dari transaksi yang dilakukan tetap ada pengecekan dari BCA apakah itu wajar atau tidak. Saya kira sejauh ini masih bisa dikenali dengan baik.

Dalam waktu dekat, produk apa yang bakal diluncurkan BCA? Apa keunggulannya?

Produk umum tak ada yang istimewa, kecuali KPR dengan suku bunga rendah dan jangka waktu yang lebih panjang. Rencananya, kami akan mencoba KKB (kredit kendaraan bermotor) juga dengan bunga yang bersaing.

Untuk filosofi BCA sendiri, yang penting kami tetap menjaga kenyamanan dan kepuasan nasabah. Kalau produk terlalu banyak juga jangan-jangan bisa membingungkan nasabah. Pokoknya dengan pelayanan yang membuat nyaman dan nasabah dapat terus diuntungkan, itu yang paling utama buat BCA.

Menurut Anda, apa arti dari sukses?

Dari dulu saya selalu menitikberatkan sukses itu adalah kerja sama tim. Jadi, kalau bicara sukses maka bukan bicara saya saja, tetapi keseluruhan tim yang ada di BCA, sehingga sukses itu dapat dicapai.

Tidak ada ego apa pun yang merasa bisa menguasai semuanya, dari A sampai Z. Direktur saja ada 10 orang di BCA, masing-masing pegang fungsi dan kendalinya. Istilahnya, saya hanya seorang konduktor dari sebuah orkestra, yang penting saya harus tahu kesukaan dari pelanggan atau nasabah, sehingga lagu-lagu yang akan kami bawakan memang dapat cocok ke pelanggan.

Dan, tak kalah penting, saya harus tahu nada-nada apa yang dimainkan, produk-produk apa yang bagus untuk ditawarkan atau diberikan. Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa saya sebagai konduktor pun tak bisa memainkan seluruh alat musik yang ada di orkestra itu.

Tapi, saya harus tahu, misalnya alat musik biola ini nadanya sumbang harusnya begini, sehingga saya bisa mengajak pemain biola tersebut untuk memperbaiki cara bermainnya agar tidak sumbang lagi. Dan sebagai pimpinan, saya harus bertanggung jawab apabila ada kesalahan di tim, jangan semua kesalahan saya bebani ke anggota.

Hal lainnya, saya paling tidak suka apabila ada anggota tim yang pakai sistem 'ABS' atau asal bos senang. Itu, yang membuat setiap anggota tim tidak bisa kreatif dan jelas itu kemunduran bagi suatu tim.

Apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin?

Jadi bos atau pimpinan jangan bangga jika merasa ditakuti sama anak buah. Kalau demikian sifat seorang bos, lihat saja apabila bos tersebut tidak ada di kantor pasti anak buahnya pada gembira.

Tetaplah menjadi pimpinan yang selalu memiliki sikap menghargai dengan siapa pun, tonjolkan sifat bersahabat dengan anggota tim. Jangan terlalu banyak menuntut dan semuanya dibuat bukan karena terpaksa atau supaya dapat penilaian baik dari orang lain. Tetapi lakukan semuanya dari hati maka orang lain pun pasti akan menghargai dan menyayangi kita sebagai pimpinan. (art)

Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya