Wawancara Mendikbud, Anies Baswedan

Tidak Ada Kurikulum yang Sempurna

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan
Sumber :
  • VIVAnews/Ahmad Rizaluddin

VIVAnews - Belum genap dua bulan dilantik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan (Mendikbud), Anies Baswedan, telah membuat gebrakan. Mantan ketua Gerakan Indonesia Mengajar ini menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013.

Chelsea Proteksi Raheem Sterling dari Hinaan Fans

Ia menyatakan, kurikulum peninggalan Menteri M.Nuh itu belum matang. Selain itu, ia menilai banyak siswa dan guru belum siap.

Tak hanya soal kurikulum, Anies juga akan mengevaluasi pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sebagai prasyarat kelulusan bagi siswa. Menurut dia, UN seharusnya hanya menjadi alat ukur bukan prasyarat kelulusan. Karena yang berhak menentukan kelulusan siswa adalah guru dan sekolah.

Mendikbud juga berjanji akan memperbaiki kualitas dan distribusi guru. Pasalnya, guru merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Heboh Dugaan TPPO, Begini Pengakuan Mahasiswa Unnes saat Ikuti Ferienjob di Jerman

Ia juga akan memperbaiki birokrasi pendidikan dan mengawasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) agar tak diselewengkan dan tepat sasaran. Di tengah jadwalnya yang super padat, VIVAnews berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan mantan rektor Universitas Paramadina ini.

Wawancara berlangsung di ruang kerja Anies, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta pada 11 Desember 2014. Berikut petikan perbincangan dengan Mendikbud:      

Mengapa Anda menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013?
Pertimbangan utamanya pada pelaksanaan. Ketika proses implementasi, penyiapannya tak berjalan dengan baik. Sehingga, sekolah menjalankan Kurikulum 2013, dapat bukunya tapi tidak bisa menjalankan dengan benar.

Artinya, masalahnya bukan pada kurikulum?
Masalahnya bukan di kurikulum. Masalahnya mereka belum tahu persis bagaimana menjalankannya. Dan itu mengakibatkan proses belajar menjadi tidak baik. Bebannya menjadi sangat besar. Guru di semua level merasa berat.

Artinya tidak ada masalah pada Kurikulum 2013?
Oh ada beberapa. UU Sisdiknas mengharuskan ada ruang bagi kebinekaan. Yang kemarin itu bukan hanya seragam, buku teksnya juga seragam. Sama semuanya. Secara undang undang itu tidak bisa. Kurikulum itu ada nasional, daerah dan sekolah. Itu bangunan kita.
 
Selain itu?
Tentang pendekatan. Jadi yang disebut pendekatan tematik integratif itu baik. Tapi itu mensyaratkan guru harus siap. Jadi saya pindah dari blackberry ke android. Jangan dinilai blackberry atau androidnya, tapi saya bisa ga pake android. Kalau ga bisa jadi ga berguna. Artinya, yang menggunakan sudah siap atau belum.

Maksudnya guru belum siap?
Iya. Saya yakin betul kunci kemajuan bukan di kurikulum, tapi guru.  Guru yang mumpuni dikasih kurikulum apa pun jalan. Nah guru kita belum. Makanya hold dulu.

Apa indikator guru belum siap?
Semuanya mengaku minta ampun, apalagi guru SD. Untuk menulis laporan itu ribuan itemnya per anak. Lebih dari 1200 item yang harus dinilai.

Bagaimana dengan bukunya?
Jadi buku sampai akhir semester satu belum semua terima. Di Jakarta saja belum, apalagi di daerah. Jadi itu sebabnya saya katakan tahan dulu.

Sejumlah kalangan menyayangkan keputusan Anda ini?
Kalau soal kurikulum biasa selalu ada pro kontra.

Apakah penghentian ini berlaku untuk semua sekolah?
Kebijakan ini hanya diterapkan bagi sekolah yang baru menjalankan satu semester. Artinya, yang sudah lebih tetap menggunakan.
 
Kenapa?
Karena mereka relatif lebih siap. Gurunya sudah dilatih sejak empat semester lalu. Karena itu mereka siap. Kalau permasalahan di kurikulum berhenti semua.

Mengapa tidak dihentikan secara total di semua sekolah?
Karena ini bukan soal kurikulum, tapi yang sudah menjalankan. Nanti yang sudah tiga semester kita evaluasi.

Putra Tamara Bleszynski Ditabrak Orang Tak Bertanggung Jawab di Depan Rumah

Nanti empat semester kita baru bisa menilai. Akhir tahun kita punya bahan empat semester. Dijalankan tahun depan enak kan.

Ada yang perlu dikoreksi kita koreksi. Coba saja implementasinya di seluruh sekolah bukan tahun 2014 tapi di 2015 di 6000 sekolah.

Guru tidak akan kesulitan. Guru dikasih tahu ini cara ngajarnya, ini cara ngisi rapotnya enak semua sudah dapat masukan.

Jadi maksud saya persolan yang terjadi adalah kejar tayang. Coba ga kejar tayang demi anak anak kita pasti lebih baik.

Lalu?
Saya mengembalikan kurikulum ke pusat kurikulum.

Artinya Anda akan mengevaluasi kurikulum ini?
Yang menyatakan harus evaluasi bukan saya, tapi menteri sebelumnya. Menteri membuat peraturan menteri menjelang pergantian kabinet.

Di situ menyatakan supaya dievaluasi. Dievaluasi antara ide dengan desain. Antara desain dengan dokumen. Dokumen dengan buku dan buku dengan pelaksanaan. Itu belum pernah dievaluasi sejak diimplementasikan.

Saya katakan kita tidak bisa kasih pada anak anak sesuatu yang belum pernah dievaluasi. Ini kurikulumnya. Kalau membuat produk yang matang harus sudah dievaluasi dan bisa dikatakan cocok.

Sampai kapan penghentian Kurikulum 2013?
Saya minta kepada pusat kurikulum untuk memanggil orang orang yang mengkritik Kurikulum 2013. Tunjukan lobangnya dimana. Diskusikan dan perdebatkan. Lakukan dengan tanggung jawab. Dari situ akan tahu, apa yang harus diperbaiki.

Ada tenggat waktu?
Saya minta kepada mereka akhir minggu ini sudah ada hasil identifikasi seberapa dalam masalahnya.

Apakah keputusan ini tidak membingungkan siswa dan guru?
Pilihannya bukan enak atau tidak enak. Keduanya berat. Pilihannya hanya membiarkan atau melakukan sesuatu dan repot.

Mengapa kita sering gonta ganti kurikulum?
Kurikulum harus mengalami perubahan, tapi perubahan itu tidak boleh ekstrem. Karena itu evaluasi kurikulum yang ada. Mana yang harus diperbaiki. Jangan kemudian tiba-tiba bikin kurikulum baru.

Ada kesan ganti menteri ganti kurikulum?
Kenapa Anda tidak tanyakan pada yang mengganti kurikulum, "Kenapa 2006 harus diganti?"

Apakah kurikulum memang harus sering diganti?
Ke depan kurikulum harus dinamis mengikuti perkembangan zaman. Ga aneh kurikulum mengalami perkembangan terus. Dan tidak ada istilah disempurnakan.

Tidak ada kurikulum yang sempurna kalau proses hidup terus berjalan. Harus ada perbaikan dan perubahan.

Sebenarnya seberapa signifikan kurikulum bagi perbaikan pendidikan?
Saya analogikan, saya nembak, tapi meleset terus. Saya ganti terus pelurunya dengan harapan peluru lebih bagus akan lebih kena. Tidak bisa, penembaknya harus dilatih lebih baik. Harus dikembangkan guru dan Kepala Sekolah. Sayangnya kita lebih senang bikin perubahan dokumen.

Bagaimana mengatasi distribusi guru yang tak merata?
Distribusi bisa dilakukan dengan waktu yang lebih pendek, agar mereka bisa bertemu dengan keluarga. Misalnya di tempat yang sulit jangan sepuluh tahun. Pakai waktu yang pendek. Kecuali memeng mereka yang mau.

Bagaimana rasio kecukupan guru kita?

Jumlah guru kita banyak. Rasio 1 banding 16 siswa. Korea Selatan 1 banding 30. Jepang 1 banding 25. Masalahnya, distribusi guru tidak merata.

Lalu apa yang akan Anda lakukan?
Ini masalahnya. Di satu sisi kita bertanggung jawab atas monitoring dan kebijakan. Di sisi lain kita ga punya otoritas terkait penempatan guru. Karena penempatan guru otoritas ada di pemerintah daerah. Dan pengangkatan ada di Kemenpan.

Bagaimana dengan UN?
Kita memang harus membuat ujian untuk mengukur standar apapun. Itu untuk menguji kompetensi, untuk mengukur standar, bukan untuk menentukan kelulusan. Kelulusan harus ditentukan oleh sekolah. Itu prinsipnya.

Artinya Anda akan menghapus UN sebagai prasyarat kelulusan?
Arahnya ke sana. Ujian hanya untuk mengukur kualitas

Dana BOS masih sering diselewengkan. Apa yang akan Anda lakukan?

Kita harus perketat pengawasan BOS. Kita harus atur lagi. Karena beban kepala sekolah dan guru tinggi dalam mengelola uang BOS.

Tugas mereka soal pendidikan bukan mengelola uang. Banyak kepala sekolah baik, niat baik tapi tidak memahami prosedur akhirnya terjebak.

Ada juga yang manipulatif. Banyak dari mereka yang semata mata bukan disengaja. Itu bukan bidang utama mereka.

Kita akan tinjau ulang. Kita ingin pengelolaan BOS ada instrumen barunya. Kita punya lembaga di provinsi.

Kita akan perkuat sehingga pengelolaan BOS bisa ditopang nasional yang punya perangkat ke daerah

Dana pendidikan di APBN besar, tapi kenapa sekolah masih mahal?
Dana pendidikan yang dikelola kementerian ini jumlahnya sekitar Rp42 triliun. Sementara total yang keluar lebih dari 400. Mayoritas langsung ke daerah. Komponen terbesar adalah gaji guru. Jumlahnya terlau banyak.

Apa target Anda selama memimpin kementerian ini?
Saya ingin meletakkan fondasi yang betul untuk pendidikan di Indonesia. Perubahan pendidikan efeknya tidak sekarang. Efeknya panjang.

Jangan berharap meninggalkan urusan jangka pendek. Jangan kejar tayang.

Buat pondasinya. Kalo pondasi bener ke depan bener. Pondasi guru, buat sistem kompetensi guru yang baik, buat sistem karir dan renumerasi guru yang baik.

Birokrasi pendidikan harus menopang sekolah. Bagaimana membuat sekolah nyaman dan bersih. Akses pendidikan juga harus dipebaiki, termasuk infrastruktur pendukung.

Apakah ada resistensi?
Ya. Yang saya kerjakan saat ini kan warisan. Saya mau beresin, yang bikin masalah pada protes. Saya hanya mau menata.

Saya katakan kepada semua. Aktifis dan birokrasi kita kerja bareng.

Saya percaya jika visinya itu dipahami Insya Allah akan mendorong perubahan. Semua orang ikut belum tentu, tetapi saya percaya persuasi, komunikasi yang baik adalah kunci untuk kita bisa mendorong.

Jadi saya percaya bahwa orang berada di dunia pendidikan pada dasarnya orang yang ingin mendukung kemajuan

Ada pesan khusus dari Presiden Jokowi?
Tidak ada. Kita percaya kesetaraan akses. Kenapa Kartu Indonesia Pintar. Agar semua dapat pendidikan.

Turut wawancara Nuvola Gloria


(ren)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya