Profesor Gunawan Indrayanto

Pemerintah Harus Jadi Dirigen Riset

Ramah Tamah Penerima Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XII 2014 Untuk Negeri
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Profesor Gunawan Indrayanto merupakan pakar farmasi dan bergelut di bidang kimia bahan alam dan bio teknologi tanaman. Selama puluhan tahun, guru besar asal Universitas Airlangga, Surabaya ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kimia bahan alami pada sel tanaman. Tak hanya itu, ia juga mengembangkan metode analisa yang valid guna menentukan mutu obat herbal.

Bluebird Hadirkan Layanan Baru, Pakai Toyota Voxy

Meski dengan dana cekak, pria yang lahir di Kediri, 65 tahun lalu ini tak lelah melakukan penelitian. Penelitian yang ia kerjakan dengan keterbatasan alat dan dana ini banyak dikutip oleh kalangan akademik dan industri dari berbagai penjuru dunia.

Selain meneliti, Prof. Gunawan juga aktif menulis sejak tahun 1983. Sebagai seorang dosen, ia beranggapan, meneliti merupakan sebuah kewajiban. Untuk itu, ia sering menggunakan hasil penelitiannya sebagai bahan ajar. Buku dan referensi wajib yang harus dibaca mahasiswanya adalah hasil dari sejumlah penelitian yang ia lakukan. Menurutnya, hal itu lebih efektif, sebab dosen lebih memahami persoalan.

Bergerak Cepat, Bea Cukai Kudus Kembali Temukan Dua Bangunan Tempat Produksi Rokok Ilegal

Tahun ini, ketekunan dan usahanya yang tak kenal lelah terbayar. Ia menjadi salah satu tokoh yang menerima  Penghargaan Achmad Bakrie Award ke-12 untuk bidang kesehatan. Ia mengaku kaget dan tak menduga menerima penghargaan itu. Nila Chrisna Yulika dari VIVAnews bersempatan melakukan wawancara khusus dengan pria yang ramah dan rendah hati ini. Demikian petikan wawancara yang  dilakukan di salah satu hotel di Jakarta, Rabu 10 Desember 2014.


Apa makna penghargaan ini bagi Anda?
Saya surprise ya. Karena saya hanya dosen biasa. Tiba-tba saya ditelepon Pak Nirwan (Nirwan Bakrie) bahwa saya dapat penghargaan. Ini adalah suatu kehormatan, bahwa saya dapat penghargaan ini.

Kuasa Hukum Sebut Harvey Moeis Tidak Akan Ajukan Praperadilan

Sebenarnya bidang apa yang Anda tekuni?
Saya farmasi. Saya bekerja di bioteknologi tanaman. Tujuannya mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh pada pembentukan bahan kimia pada tanaman. Karena, 25 persen obat itu asal usulnya tanaman. Dan Indonesia nomer dua setelah Brasil dalam hal bioherbisida.

Apa itu?
Keragaman alam. Ada di hutan Kalimantan dan biota di laut.

Artinya?
Potensi Indonesia mendapat bahan baku obat-obatan baru dan parfum besar sekali.

Apa menariknya meneliti tanaman?
Karena tanaman memproduksi sesuatu pasti ada tujuan tertentu, bukan hanya just for fun. Mereka  memproduksi sesuatu. Memproduksi juga tergantung lingkungan. Nah, bahan-bahan itu yang banyak digunakan sebagai obat.

Lalu, apa yang Anda lakukan?
Kami menggunakan kultur jaringan tanaman di mana kondisi bisa diatur. Tanaman itu tergantung lingkungannya. Contohnya pohon mawar. Mawar bagus di puncak. Tapi, jika ia dipindah ke Jakarta dengan potnya sekalipun, lama-lama pohon itu tidak akan berbunga karena panas. Jadi tanaman itu bereaksi pada lingkungannya. Nah, itulah yang saya pelajari, kultur jaringan tanaman.

Anda juga belajar kromatografi kimia?
Saya mempelajari kandungan kimia. Untuk mempelajari itu kita perlu mempelajari teknik analisa kimia. Salah satu teknik yang banyak dipakai adalah kromatografi. Itu ilmu untuk mengidentifikasi zat. Untuk mempelajarinya harus ada teknik khusus. Kromatografi banyak dipakai di sini untuk analisis kimia. Saya banyak belajar tentang kromatografi dan teknik lainnya. Teknik itu juga bisa kita pakai untuk analisa obat-obatan.

Mengapa Anda tertarik menekuni bidang ini?
Tahun 80-an Indonesia menggalakkan Keluarga Berencana (KB). Untuk itu, pemerintah memerlukan pil KB. Bahan dasarnya steroid alami, solasodin, diskrinin dan sebagainya yang didapat dari tanaman solanum dan tanaman lain yang banyak ditemui di Indonesia. Dalam rangka mengoptimalkan pembentukannya, kami di Unair diminta membuat kultur.

Lalu?
Dari program itu saya ditugaskan ke Jerman, tugas belajar. Kemudian langsung program doktor. Kami membuat kultur di Surabaya apa faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pembentukan steroid alami. Kita pelajari semua dalam rangka bagaimana caranya mengoptimalkan. Untuk mempelajari semua itu kita mempelajari analisa kimia.

Selain untuk Pil KB apa manfaat lainnya?
Kami menggunakan itu tujuannya untuk meningkatkan kadar. Analisis kimia itu juga dipakai untuk analisa obat-obatan, termasuk obat herbal. Dan yang banyak dipakai justru itu.

Bagaimana prosesnya?
Jadi untuk mempelajari itu dilakukan dengan proses analisis kimia. Dengan komputer analisis gampang tinggal klik. Tetapi untuk analisis valid tidak gampang. Oleh karena itu saya bekerja di bidang analisis kimia karena lebih luas. Kalau bioteknologi itu dananya untuk riset lebih besar. Kalau analisis kimia kita bisa langsung aplikasi dipabrik.

Berapa banyak kekayaan hayati kita?
Indonesia tidak terhitung. Mungkin puluhan ribu seperti biota yang pernah saya survei banyak sekali. Tetapi seberapa banyak yang telah diteliti saya juga tidak tahu persis. Tetapi yang penting itu tanaman yang ditanam di lokasi yang berbeda kemungkinan kandungan kimianya berbeda karena kemungkinan kimianya berbeda jadi khasiatnya juga berbeda. Nah, itu mungkin untuk obat herbal harus kita hati-hati.

Kenapa?
Karena belum tentu tanaman yang sama, khasiatnya juga sama. Jadi tergantung ditanam di mana, panennya umur berapa. Tergantung pengeringannya, ekstraknya bagaimana. Itulah yang kadang-kadang kita kesulitan mengembangkan obat herbal dengan cara konvensional kalau sumbernya nggak jelas. Kadang berkhasiat, kadang tidak, bahkan kadang beracun. Karena tanaman kandungannya macam-macam.

Sekarang masyarakat suka menanam sendiri?
Bagus kita tanam di rumah. Kalau kita beli asal usulnya tidak jelas. Kemungkinan tanaman tadi diambil di dekat pabrik, itu nanti logam beratnya bisa masuk ke tanaman dan bisa bahaya. Tetapi kalau ditanam di rumah, kan nggak mungkin kita tanam dikasih bahan berbahaya dan dikasih bahan pestisida. Kalau pemerintah menggalakkan tanaman obat keluarga itu bagus. Paling tidak tidak beracun, soal berkhasiat atau tidak kan nggak masalah, obat tradisional kan jangka panjang.

Jadi lebih berkhasiat yang di hutan?
Nggak bisa disimpulkan begitu. Karena berkhasiat atau tidak tergantung lingkungannya. Untuk tahu berkhasiat atau tidak ya diteliti. Mana yang paling optimal untuk tanaman obat X, sebetulnya harus diteliti. Itu sebenarnya yang kami sedang teliti di Unair dengan menggunakan studi profil metabolisme, seluruh kandungan kimia yang ada kita lihat. Pengaruhnya lingkungan bagaimana, pengaruh umurnya bagaimana.

Sekarang Anda sedang meneliti apa?
Sekarang ada satu, tanaman Justisia Gandarussa. Itu dipakai di Irian untuk pil KB. Penelitian ini dari kolega saya Prof. Bambang Prayoga. Ia sudah lama meneliti tanaman ini. Dari hasil uji klinis dan farmakologi tanaman ini memang menunjukkan kasiat antifertilitas untuk pria. Bisa digunakan untuk obat KB. Saya membantu beliau dengan menggunakan metode bioteknologi tanaman untuk lebih mendalami semua faktor pembentukan zat-zat di tanaman tersebut.

Selain KB, obat apa saja yang sudah Anda temukan?
Untuk menemukan obat itu its long way to go. Jadi, yang banyak dipakai adalah hasil analisa kimia. Mempelajari bagaimana metode yang valid dipelajari lalu dipublikasikan.

Apa benar Anda melakukan penelitian dengan dana cekak?
Di Indonesia semua penelitian dananya terbatas, bukan hanya saya.

Lalu, apa yang membuat Anda tetap bersemangat?
Saya dosen. Saya membimbing mahasiswa riset. Riset harus jalan terus meskipun kecil nggak apa-apa. Jadi, ketika saya dapat penghargaan saya kaget karena yang saya kerjakan nothing special, karena kecil kecil.

Penghargaan apa saja yang sudah Anda terima?
Saya pernah dapat leading scientist dari Comstect, tahun 2009, ada 6 orang Indonesia salah satunya saya. Comstect itu asosiasi ilmiah dari negara-negara anggota OKI.

Selain itu?
Dari South East Asia European Comunitty Net, 2009 tiba-tiba diemail disuruh isi data dan saya masuk 9 dan orang Indonesia hanya 9 yang masuk dan saya salah satunya.

Sudah ada tawaran dari pemerintah, Kemenkes atau perusahaan farmasi?
Perusahaan farmasi pernah ketika kita menemukan proses biotransformasi. Perusahaan farmasi dari Amerika yang ingin mengadopsi produk itu menyurati saya. Tapi masalahnya kami tidak punya bioreaktor (alat penunjang reaksi bio kimia dari bahan mentah menjadi bahan yang dikehendaki). Kami hanya menggunakan elemeyer. Nah, kalau untuk perusahaan itu riskan sekali. Kemudian mereka minta agar dibuatkan di bioreaktor. Lah, kami tidak punya apa-apa. Jadi tidak berlanjut.

Bagaimana Anda menyiasati pendanaan yang terbatas agar tetap bisa meneliti?

Kami di perguruan tinggi kan with or without, makannya kita bekerja. Bedanya kalau ada dana lebih cepet, nggak ada dana ya seadanya. Kami ajukan proyek bisa diterima bisa ditolak. Kalau diterima syukur kalau tidak ya tidak ada masalah.

Apa harapan Anda kepada pemerintah?
Pemerintah harus seperti dirigen. Pemerintah pasti sudah tahu strong point perguruan tinggi seperti UI, ITB, Unair dan yang lain. Dengan demikian kalau pemerintah sebagai dirigen pasti lebih cepet. Pemerintah dirigen, perguruan tingginya ditawari strong pointnya di sini mau dana berapa dikasih uang silakan, dengan target publikasi atau paten. Jadi tidak ada dua kali kerja. Tidak ada yang duplikasi dan take and give. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya