Wawancara Peneliti WHO, Profesor Anne Kelso

Jangan Remehkan Influenza dan MERS

Paparan Peneliti Australia, Anne Kelso
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Penyakit influenza kerap masih dianggap sepele oleh sebagian besar orang termasuk warga Indonesia. Pola pikir itu lah yang coba diluruskan oleh ahli penyakit influenza dari Universitas Melbourne, Profesor Anne Kelso.

Menurut peraih gelar PhD di bidang immunologi dari Universitas Melbourne itu. Influenza bisa menjadi penyakit yang mematikan. Bahkan, ratusan orang tewas dalam sebuah pandemik flu di tahun 2009 silam.

Kelso berpendapat sangat sulit mencegah penyebaran flu karena virus tersebut telah menyebar sebelum gejala awal muncul.

"Oleh sebab itu, Anda sebaiknya menjauh untuk sementara waktu dari orang lain. Itu hal terbaik yang dapat Anda lakukan, khususnya ketika fase awal penyakit tersebut menjangkiti Anda," ujar Kelso.

Dia juga bercerita kendati penyakit yang sebelumnya pernah menjadi pandemik seperti H5N1 dan H7N9, tetap ada dan masih menimbulkan risiko yang tinggi untuk meluas. Oleh sebab itu, dia menyarankan agar peternak unggas untuk lebih waspada apabila unggas mereka mati secara tiba-tiba.

Para peternak ini pun, kata Kelso, wajib mengetahui risiko dan diberi pendidikan soal penyebaran virus tersebut. Tujuannya agar virus serupa tidak meluas ke area lainnya dan kembali menjadi pandemik.

Kehadiran Kelso di Jakarta merupakan bagian dari Seri Seminar "Penelitian Inovatif Australia-Indonesia." Kelso adalah satu dari tujuh ilmuwan yang didatangkan oleh Pemerintah Australia ke Indonesia untuk berbagi ilmu dan pengalaman.

Susunan Pemain Indonesia Vs Hong Kong di Uber Cup 2024

Dia pun dikenal sebagai pakar andalan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meneliti penyakit menular influenza. Dia menjabat sebagai Kepala Pusat Kolaborasi WHO untuk Referensi dan Penelitian Influenza di Laboratorium Rujukan di Kota Melbourne, Australia.

Usai memberikan ceramah di Gedung Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Kelso bersedia berbincang-bincang dengan VIVAnews pada Mei lalu. Perempuan yang telah bercita-cita menjadi ilmuwan sejak usia 9 tahun ini juga memaparkan secara detail soal bahaya penyakit influenza dan berbagi informasi soal virus MERS yang kini tengah menjadi momok bagi dunia kedokteran.

Ada tiga tipe virus dalam penyakit influenza, yakni virus A, B, dan C. Apakah Anda memiliki informasi soal virus mana yang lebih banyak menyebar di Indonesia?

Saya tidak tahu penyebaran virus influenza jenis C, karena biasanya virus itu tidak mengakibatkan penyakit yang parah dan oleh sebab itu mereka tidak pergi ke dokter. Dia menerima satu jenis virus C dan ribuan jenis virus tahun 2013.

Dan satu jenis virus C itu berasal dari mana?

Diterima dari Melbourne. Memang ada kemungkinan penyebaran virus jenis C di Indonesia, tetapi hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. 

Virus A dan B memang beredar di Indonesia sama seperti negara di belahan dunia lainnya. Dari tahun ke tahun, jumlah virusnya memang beragam, apakah lebih dominan virus A atau B. Di Australia dan di negara lain pun begitu.

Kenapa virus jenis A dan B lebih berbahaya ketimbang C?

Pada kenyataannya memang virus jenis A dan B lebih berbahaya. Saya tidak mengetahui dengan jelas mengapa virus jenis C tidak menyebabkan penyakit yang parah.

Kita tahu bahwa virus jenis A dan B kadang mengakibatkan penyakit yang parah. Bisa saja sebanyak 80 persen mereka yang tertular influenza tidak memiliki gejala yang nyata.

Tapi kemudian, kita tahu, apabila penyakit itu cukup parah, maka penderitanya akan berkonsultasi ke dokter. Dokter kemudian memeriksa pasien itu dan hasilnya kemudian diteliti di laboratorium. Lalu didiagnosa pasien tadi menderita influenza.

Dalam beberapa kesempatan, warga terpaksa dilarikan ke RS karena mengidap radang paru-paru. Terkadang penyakit radang paru-paru itu disebabkan secara langsung oleh virus tersebut. Virus itu menjangkiti hingga ke bagian dalam, mengakibatkan radang, lalu kesulitan bernapas.

Kemungkinan lainnya, bisa saja ada radang paru-paru kedua di mana pasien terinfeksi bakteri. Bakteri itulah yang menyebabkan pasien menjadi sulit  bernafas.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa virus influenza jenis A dan B memang bisa menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang dirawat di RS. Oleh sebab itu, di Australia kami memiliki begitu banyak kasus penderita influenza.

Saya tidak begitu yakin berapa banyak yang akhirnya dirawat di RS. Tetapi, jumlahnya mencapai ratusan. 

Apa yang menyebabkan seseorang tertular virus influenza jenis A dan B? Apakah karena daya tahannya sedang menurun sehingga memungkinkan virus itu menjangkiti mereka?

Yang pasti, kali pertama Anda harus melakukan kontak dulu dengan virus itu. Bisa saja orang lain bersin di depan Anda. Lalu bekas bersin itu menempel di tangan mereka, lalu tangan tersebut memegang berbagai benda.

Jadi, bagi mereka yang tengah terjangkit influenza, apakah mereka sebaiknya menggunakan masker?

Mereka sebaiknya menjauh untuk sementara waktu dari orang lain. Itu hal terbaik yang dapat Anda lakukan, khususnya ketika fase awal penyakit tersebut menjangkiti Anda. Ketika orang-orang merasakan bahwa penyakit influenza itu sangat buruk, maka mereka dapat langsung menularkannya, entah melalui nafas mereka, bersin, dan batuk.

Virus itu ada di tangan mereka, lalu mereka menyentuh gagang pintu, telepon, atau benda-benda lain. Salah satu alasan mengapa sulit mengendalikan penyebaran virus flu karena virus tersebut sudah bisa tersebar luas 24 jam sebelum gejala-gejalanya terlihat.

Karena butuh waktu satu hari untuk gejala-gejala itu muncul. Anda mungkin akan terpapar dosis virus flu tertentu, lalu mulai terinfeksi, jumlahnya menyebar semakin cepat, ketika itu terjadi, maka kesehatan Anda semakin menurun. Gejala flu mulai muncul seperti demam dan batuk-batuk.

Walaupun Anda tidak bersin atau batuk, tetapi Anda telah menularkan virus itu dengan bernapas. Sehingga, sangat sulit untuk menghentikan penyebarannya.

Lalu, mengapa ketika Anda terpapar virus, kemudian Anda jatuh sakit? Sehingga mereka yang merasa tidak sehat, lebih mudah terinfeksi.

Namun, orang sehat pun juga mudah tertular virus ini. Apabila mereka memiliki anti bodi, maka zat itu dapat mengikat virus tertentu yang masuk, sehingga dapat melindungi agar tidak terinfeksi. Karena anti bodi pada dasarnya memiliki sebuah cara untuk menahan virus yang menempel pada sel agar tidak menjangkiti tubuh.

Jadi, misalkan saya terinfeksi virus flu, tetapi di saat bersamaan saya masih tinggal satu atap dengan keluarga. Berarti akan ada kemungkinan besar mereka juga akan tertular?

Rumah bisa juga dikatakan sebagai tempat yang paling berbahaya [untuk penularan flu].

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan untuk menanggulangi penyebaran virus influenza di dalam rumah?

Saya rasa Anda perlu lebih berhati-hati lagi. Misalnya ketika Anda kerap bersin dan batuk-batuk, maka tutupi mulut Anda. Apabila Anda menutup mulut dengan menggunakan tisu, maka harus langsung dibuang. Lalu cuci tangan Anda, karena akan ada virus di tangan Anda, terlebih apabila Anda menyentuh berbagai benda dengan menggunakan tangan itu.

Mungkin untuk sementara waktu, Anda dapat menjauhi orang tua Anda. Itu lebih baik, karena ketika Anda bernafas, maka itu sudah dapat menularkan virusnya.

Maka cukup dengan menjaga jarak, itu sudah cukup membantu. Namun, aspek kebersihan diri merupakan sesuatu yang sangat penting, karena kebiasaan itu dapat melindungi mereka. Walaupun Anda tinggal satu atap dengan keluarga, tetap saja hal itu tidak boleh diabaikan.

Hal lain yang perlu Anda pikirkan yakni jika di rumah, Anda juga bertugas untuk menyajikan makanan, karena makanan itu juga akan terkontaminasi.

Bagi banyak orang, flu masih dianggap penyakit ringan dan tidak dianggap serius. Sebagian orang yang berpendapat daya tahan tubuh sedang menurun.  Menurut Anda, apakah perspektif itu benar? Dan bagaimana pendapat warga Australia sendiri?

Saya kira sebagian besar warga Australia juga berpikir demikian. Namun, penting bagi publik untuk terus waspada soal penularan penyakit flu, karena hal tersebut bisa berakibat serius. Oleh sebab itu, banyak orang yang kemudian mengkonsumsi vaksin.

Hingga saat ini, vaksin masih dianggap sebagai alat pelindung khusus yang dapat melindungi tubuh Anda dari virus.

Anda dapat berhati-hati dalam hidup Anda sehari-hari dengan mencuci tangan, menjauhi orang yang batuk dan tidak menggunakan transportasi umum, apabila Anda khawatir orang lain dapat tertular. Tetapi, pada akhirnya daya tahan tubuh yang spesifik menjadi perlindungan terbaik.

Daya tahan tubuh itu bisa diperoleh melalui vaksin. Dari hasil pandemik di tahun 2009 lalu, sebenarnya lebih banyak orang yang menyadari flu merupakan penyakit yang mematikan.

Apakah ada orang yang meninggal karena flu influenza?

Iya. Setiap tahunnya banyak orang yang meninggal akibat terinfeksi flu. Saat pandemik flu terjadi di tahun 2009 lalu, satu pertiganya merupakan kaum muda yang sehat. Tentu tidak ada yang salah dengan mereka.

(Menurut data dari Departemen Kesehatan dan Kaum Lanjut Usia Australia, di tahun 2009 terjadi penyebaran virus H1N1 yang menyebabkan terjadinya virus flu babi Eurasia atau flu babi. Tidak seperti jenis influenza pada umumnya, H1N1 menghinggapi kaum lansia yang berumur lebih dari 60 tahun.  Di Australia sendiri, berdasarkan data dari Depkes dan Kaum Lansia, terdapat 37.636 kasus pandemik H1N1. Sebanyak 191 di antara mereka meninggal.)

Tapi, pada kenyataannya mereka juga bisa tertular. Mereka pergi ke RS dan meninggal di sana.

Beberapa di antara mereka bahkan tidak dilarikan ke RS, karena mereka tidak menyadari dirinya sudah terjangkit parah, jadi mereka meninggal di rumah. Biasanya pada waktu-waktu tertentu, flu menjangkiti kaum tua dan muda, karena sistem daya tahan tubuh mereka belum terbentuk sempurna di saat muda. Sementara sistem daya tahan tubuh di saat usia tua kian menurun.

Itu salah satu alasan kaum lansia di atas 65 tahun memperoleh vaksin secara gratis di Australia.

Melalui kenyataan tersebut, sudah jelas cara untuk melindungi mereka yakni dengan memberikan vaksin di saat mereka masih anak-anak. Hal ini penting, karena ketika terkena flu anak-anak tidak begitu memperhatikan kebersihan pribadi seperti sering mencuci tangan, mengenakan masker.

Mereka dikhawatirkan justru akan semakin menularkan virus, karena sebelumnya anak-anak jarang terkena flu dan sistem daya tahan tubuhnya belum sepenuhnya terbentuk.

Jadi apakah fokusnya kini bagaimana cara mendidik publik agar sadar bahwa flu terkadang dapat menjadi penyakit mematikan?

Ya, betul. Penyakit ini bisa menjadi sangat serius, tapi tidak semua. Sebagian orang, apabila terkena flu, maka mereka bisa sakit selama berhari-hari, tidak dapat beraktivitas dan selama 10 hari merasa sakit.

Hal ini juga mengakibatkan kerugian ekonomi, karena para pekerja absen karena tertular flu.

Apakah sudah ada kerjasama antara Universitas Melbourne dengan institusi di Indonesia untuk memberikan pengetahuan kepada publik bahwa flu dapat menjadi penyakit yang mematikan?

Saya tidak begitu tahu apabila sudah ada kerjasama secara spesifik di bidang itu. Namun, saya yakin Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mempromosikan kepada publik agar menyadari potensi sakit yang serius.

WHO juga mempromosikan penggunaan vaksin influenza dan itu dilakukan karena saat ini vaksin merupakan salah satu cara ampuh untuk mencegah terkena flu.

Bukannya dengan mengkonsumsi obat-obatan?

Obat bisa dikonsumsi setelah terjangkit flu. Beberapa obat seperti tami flu atau obat lainnya sangat mahal. Untuk sebagian orang itu layak.

Apabila Anda sehat dan mengkonsumsi tami flu, maka dapat membuat Anda merasa lebih baik dengan cepat. Tapi, ada juga yang merasa malah tidak bermanfaat.

Menurut saya, obat itu jauh lebih bermanfaat bagi orang yang terkena flu berat dan dirawat. Banyak kasus seperti dokter penyakit menular kemudian menggunakan obat tami flu atau influenza lainnya kepada para pasien mereka agar bisa sehat kembali.

Itu mungkin situasi di mana, obat lebih bermanfaat. Namun, harganya yang sangat mahal sebanding karena dapat mengurangi jumlah virus dan membantu proses pemulihan pasien.

Harga obat kian meroket dari tahun ke tahun. Industri obat mencoba mengambil keuntungan setiap tahun. Apa pendapat Anda?

Itu merupakan pertanyaan yang kompleks. Di satu sisi, perusahaan harus menginvestasikan uang dalam jumlah besar untuk membuat obat. Saat ini, dibutuhkan biaya sekitar US$1 miliar untuk memproduksi obat baru atau vaksin yang akan dijual.

Ada begitu banyak dana yang diinvestasikan saat proses itu dilakukan. Tentu, tidak semua proses penemuan itu berhasil. Ada juga obat yang berhasil diproduksi tetapi tidak sukses dijual di pasaran.

Dari perspektif perusahaan farmasi, mereka harus meraih keuntungan bagaimana pun caranya, paling tidak untuk menutupi biaya produksi obat itu. Apabila mereka tidak berupaya menemukan obat baru, maka sulit rasanya ditemukan jenis vaksin baru.

Apabila melihat dari sudut pandang perushaan farmasi, maka saya dapat memahami hal itu. Karena mereka berupaya untuk menutupi biaya pembuatan obat.

Namun, di waktu yang sama, harus ada keseimbangan. Bahkan, di negara barat seperti Australia, kami mengharapkan akan ada keseimbangan baik yang ditemukan, yakni membuat harga obat mampu dijangkau oleh publik . Karena tidak ada gunanya menemukan obat yang hebat, tetapi tidak ada yang membelinya.

Dan Anda tentu berharap, bagi perusahaan lebih banyak obat yang dijual dengan jumlah yang besar. Itulah hal yang harus mereka temukan solusinya. Iya, memang ini menjadi masalah khusus bagi negara berkembang.

Jumlah uang yang dianggarkan di bidang kesehatan di negara-negara itu sangat kecil. Oleh sebab itu saya merasa bahagia apabila ada perusahaan yang memotong harga jualnya atau menjual dengan harga lebih mahal ke negara barat. Karena di negara-negara barat, salah satunya Australia, daya kemampuan untuk membelinya lebih besar.

Ini merupakan tanggung jawab global yang harus dipenuhi. Tentu, banyak tekanan yang harus dihadapi, ketika perusahaan melakukan pendekatan itu. Tapi, saya bahagia hal itu sudah mulai diterapkan untuk obat anti retrovial bagi pasien HIV.

Di Indonesia, sebagian warga masih percaya metode pengobatan alternatif, ketimbang pergi ke dokter. Apakah hal serupa juga terjadi di Australia?

Saya kira di Australia ada dua versi seperti yang Anda sebut tadi. Kami memiliki sebagian masyarakat dari latar budaya berbeda yang lebih meyakini  mengkonsumsi obat-obatan herbal tertentu.

Ketika kita membicarakan keragaman budaya, maka kita tidak dapat melupakan prinsip dan ide yang dibawa oleh keluarga mereka ketika tiba di Australia, salah satunya mengenai obat herbal. Saya pikir penting untuk diketahui bahwa komponen pembuat obat herbal mengandung elemen aktif yang mirip seperti obat kimia. Tetapi itu tidak diatur.

Namun, ada juga warga Australia, terlepas dari latar belakang budayanya, akan datang ke apoteker, bukan untuk membeli obat jenis tertentu, tetapi lebih ke suplemen. Misalnya suplemen carnation yang sudah diketahui secara umum sebagai obat untuk mengatasi flu.

Banyak orang yang walaupun tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai obat akan mencari obat pengganti. Tetapi, obat ini tidak selalu sama seperti obat herbal ramuan khas Tiongkok.

Menurut saya bagi publik untuk mengetahui komponen pembuat obat komplementer, karena di dalamnya bisa saja terkandung zat aktif yang mungkin bisa saja warga tidak tahu, bahwa itu yang menyebabkan obat itu sukses mengobati mereka.

Sehingga perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap jenis obat komplementari ini, untuk mengetahui apakah obat itu bekerja atau tidak. Dibutuhkan bukti untuk itu.

Weekend ke Mana? Yuk, Nikmati Hidangan ala Gourmet Cocok Buat Temen Nongkrong

Soal MERS, apakah sudah ada warga Australia yang terjangkit virus ini?

Sejauh ini belum ada laporan sama sekali di Australia soal warga yang sudah terinfeksi. Apabila memang ada warga Australia yang terjangkit virus itu, pasti sudah diumumkan oleh pemerintah.

Tapi, apakah Anda yakin virus itu sudah menyebar hingga ke Australia?

Tidak, saya kira tidak. Apabila ada seorang warga Australia yang kembali dari Timur Tengah lalu menderita sakit parah, karena menderita virus MERS, pasti sudah diketahui. Tetapi, ada kemungkinan mereka yang menderita sakit ringan di pernapasan lalu mereka memilih tidak ke dokter dan akhirnya pulih.

Tetapi, kemungkinan itu tetap ada, karena ternyata banyak orang yang tidak pergi ke dokter untuk dites. Sehingga kami pun sebenarnya juga ingin mengetahui jawabannya.

Apa saja gejala awal orang yang terjangkit virus MERS?

Hampir sama seperti penyakit pernapasan lainnya. Mereka menderita demam tinggi dan batuk-batuk.

Bagaimana kita tahu membedakan bahwa kita hanya terjangkit flu biasa dan bukan MERS?

Anda mungkin tidak akan mengetahuinya dari gejala awal. Yang paling penting, bagi klinik, apabila mereka memiliki pasien yang sakit parah di bagian pernapasan, khususnya mereka juga diketahui baru saja kembali dari Timur Tengah, maka pasien tersebut bisa saja dianggap telah terjangkit virus MERS.

Dalam kasus itu, Anda memerlukan tes apakah yang Anda derita influenza biasa atau MERS.

Apakah penyakit ini bisa ditularkan antarindividu?

Satu hal yang perlu saya garis bawahi, belum ditemukan bukti bahwa unta menjadi sumber penularan penyakit MERS, masih dibutuhkan bukti lebih lanjut soal itu, karena beberapa pasien telah melakukan kontak dengan unta. Tidak semua pasien melakukan hal itu.

Selain itu, virus serupa dan antibodi MERS memang ditemukan di unta. Sehingga, sepertinya unta yang menjadi penyebab penularan virus itu.

Masih terbuka kemungkinan, ada sumber lain selain unta. Bisa jadi, ada pihak ketiga yang menularkan itu dari unta ke manusia. Bisa jadi, populasi hewan yang sama sekali berbeda dari unta dan hingga saat ini hewan itu belum terindetifikasi.

(Menurut stasiun berita Al Jazeera, 11 Mei 2014, Kementerian Pertanian Saudi mendorong warganya yang melakukan kontak dengan unta agar ekstra berhati-hati dan mengikuti tindakan pencegahan. Mereka berhasil membuktikan adanya hubungan antara unta dengan virus yang menyebabkan penyakit MERS.)

Namun, saya menemukan ada bukti kuat virus MERS ini dapat ditularkan antar manusia, karena petugas kesehatan di RS yang menangani pasien MERS ternyata juga tertular. Sehingga, ada beberapa kasus yang memang penularannya dari manusia.

Tetapi dari informasi yang saya tahu dan saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup soal ini, penularan dalam komunitas sangat kecil. Apabila penularannya begitu meluas di komunitas masyarakat, katakanlah satu orang langsung menularkan kepada orang lain, maka akan ada pandemik dari virus itu.

Apakah pola penyebarannya mirip dengan virus flu burung H7N9 yang dulu pernah terjadi di Hong Kong dan Tiongkok?

Saat ini, pola penyebaran MERS jauh lebih buruk dibandingkan virus H5N1. Virus tersebut memang telah diketahui menyebar dari unggas ke manusia.

Dan kemudian orang-orang yang berada dalam keluarga terdekat langsung ikut tertular?

Terkadang kadang keluarga terdekat juga ikut tertular, karena mereka seorang ibu merawat anaknya yang sakit parah yang tertular virus H5N1, lalu virus itu menular ke anggota keluarga lainnya, karena sang ibu menyentuh anaknya kemudian menghirup udara yang sama dengan si anak, dan batuk.

Ketika virus H5N1 berkembang, maka proses penularannya akan terus berlangsung dan menyebar ke komunitas masyarakat. Ketika itu terjadi, maka pandemik sedang terjadi.

(Virus H5N1 adalah salah satu subtipe virus influenza yang menyebabkan penyakit flu burung. Virus ini menimbulkan penyakit pada banyak spesies vertebrata, termasuk manusia. Sebelas wabah H5N1 dilaporkan di seluruh dunia pada bulan Juni 2008 di lima negara (Cina, Mesir, Indonesia, Pakistan dan Vietnam).

Pada 21 Desember 2009, WHO mengumumkan total 447 kasus manusia yang tertular virus ini. Sebanyak 263 di antara mereka tewas.)

Saya pikir, virus MERS tidak menyebar begitu cepat dari satu pasien ke pasien lainnya. Dibutuhkan beberapa tahapan tetapi tidak banyak untuk menyebar.

Apabila itu benar, maka dibutuhkan adaptasi agar dapat menularkan virus itu secara cepat. Tapi, apabila saat ini jumlah penderita MERS kian bertambah, bisa jadi adanya perubahan lingkungan yang turut mendukung.

Saya tidak mengetahui begitu banyak mengenai hal ini, tetapi satu minggu lalu, saya membaca, lingkaran hidup secara umum virus hampir sama seperti virus lama. Jadi, belum ada bukti bahwa sistem virus telah berubah.

Namun, saya tidak tahu apa yang dipikirkan publik soal penyebab virus ini kian menyebar luas. Pakar di bidangnya yang bisa lebih banyak menjelaskan hal itu.

Katakanlah saya baru kembali dari Semenanjung Saudi atau Hong Kong, di mana virus berkembang. Bagaimana saya tahu saya tidak berisiko tertular virus di kedua area itu?

Untuk MERS, saya rasa agak sulit untuk mengetahuinya, karena sumber awal penyakitnya hingga saat ini masih belum diketahui. Namun, apabila yang dicurigai sebagai penyebab penularannya melalui unta, maka saya sarankan Anda menjauhi unta, termasuk unggas, apabila sumber penyebarannya hewan itu.

Saat ini bukan waktu yang tepat untuk melihat unta di Arab Saudi. Bukan waktu yang tepat pula untuk mengunjungi pasar unggas hidup di Tiongkok.

Bagaimana dengan kebun binatang?

Yang saya sarankan, Anda tetap menjauhi unggas di sana. Lagipula, kebun binatang lebih aman, karena pada dasarnya Anda tidak melihat mereka dari jarak dekat. Hewan di sana juga tidak terlalu padat dalam satu kandang dan dirawat secara baik.

Kebun binatang bukan menjadi masalah. Menurut saya yang perlu lebih diwaspadai adalah pasar unggas hidup di Tiongkok, khususnya untuk virus H7N9.

Selain itu sebaiknya Anda menghindari kerumunan banyak orang, apakah itu untuk penyebaran MERS atau H7N9. Karena tempat penyebaran yang paling memungkinkan yakni apabila berada di kerumunan orang banyak.

Saat berada di kerumunan orang, Anda memiliki kesempatan yang besar untuk bertemu dengan orang-orang yang sedang flu dan bersin.

Apakah Anda pernah bertemu dengan pasien yang tengah dirawat karena tertular virus MERS?

Saya bukan seorang dokter klinis, jadi saya tidak memiliki pengalaman merawat mereka. Kami belum pernah memiliki kejadian penyebaran virus H5N1 dan H7N9 di Australia.

Sebagian besar adalah kasus influenza lah yang ada di Australia, khususnya influenza musiman.

Tapi, kami pernah berbicara dengan pasien ini melalui video. Dia tengah dirawat di sel isolasi. Kondisinya saat ini kian membaik dan siap untuk pulang ke rumah. Pasien ini telah dirawat di RS selama beberapa minggu.

Apakah ada kesempatan bagi pasien ini untuk pulih dari penyakitnya 100 persen?

Tidak semuanya. Ada sebagian yang meninggal, ada juga yang bertahan hidup. Dalam beberapa kasus, apabila mereka menderita penyakit tertentu cukup berat, maka paru-paru mereka penuh cairan sehingga tidak dapat bernapas.

Mereka kemudian akan ditempatkan di ruang ventilator, untuk mengalirkan oksigen ke paru-paru mereka. Atau bisa juga paru-paru mereka dipasangi teknologi canggih bernama ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation)

Dengan alat ini maka oksigen dapat dialirkan ke peredaran darah. Penggunaan ECMO dilakukan karena organ jantung dan paru-paru pasien sudah rusak dan tidak mampu berfungsi dengan baik.

Jadi, paru-paru bisa saja terkena influenza, tetapi peredaran darah tetap bisa menerima oksigen.

Ketika mereka berhasil pulih, maka mereka tetap harus dirawat secara khusus dengan beragam cara. Ada yang mengkonsumsi obat tami flu, sementara di Tiongkok, mereka menggunakan steroid.

Apabila mereka berupaya untuk tetap hidup sehat, maka daya tahan tubuh mereka juga akan terus berjuang melawan penyakit itu.

Jadi, ketika ada orang yang terjangkit virus ini, maka mereka akan dirawat di RS dalam jangka waktu yang lama?

Untuk penderita virus H7N9, kadang mereka dirawat untuk waktu yang lama, tetapi juga yang dirawat selama beberapa minggu. Di tahun 2009 saat pandemik flu berkembang, banyak orang di Australia yang dirawat di RS selama beberapa minggu, bahkan ada yang menggunakan alat ECMO itu.

Tetapi, apakah ada jaminan 100 persen bahwa mereka bisa pulih sepenuhnya?

Tidak ada jaminan bahwa mereka bisa pulih. Apabila mereka berhasil pulih, maka mereka bisa 100 persen kembali sehat. Karena apabila mereka menderita influenza yang parah, maka pasien akan dipasangi mesin itu, karena paru-paru mereka kemungkinan besar tidak berfungsi secara permanen.

Sebelumnya Anda mengatakan penyakit yang disebabkan oleh virus termasuk penyakit musiman. Apakah ini artinya, akan ada bulan-bulan tertentu di mana pasien meningkat drastis?

Ada kemungkinan penyakit influenza yang menyebar selama setahun, seperti misalnya di Indonesia, penyakit ini penyebarannya akan tinggi di musim basah. Sementara di Australia, akan ada banyak penyebaran influenza saat musim dingin.

Di musim dingin, virus flu lebih mudah menular, karena banyak orang cenderung lebih memilih berada di keramaian di saat itu supaya tetap hangat, sehingga memungkinkan penularannya lebih tinggi.

Apakah sudah ada vaksin untuk virus MERS ini?

Saya rasa belum ada, tetapi saya tidak mengetahui detail proses pembuatan vaksin itu sudah ada di tahap mana.

Apakah di laboratorium di WHO di Melbourne mulai mengembangkan vaksin tersebut?

Belum, kami hanya berkonsentrasi untuk meneliti virus influenza.

Apakah penyakit yang disebabkan virus, kemudian tidak lagi ramai diberitakan oleh media, berarti risiko penularan terhadap virus itu telah berkurang?

Saya menilai sesuatu yang bersifat kronis cenderung kurang mendapat perhatian media. Saya cenderung melihat media lebih tertarik akan penemuan virus yang menyebabkan penyakit baru dibandingkan yang sudah ada sebelumnya.

Tentunya, masih banyak kasus yang lain, tetapi media cenderung memberitakan hal sains yang lain seperti infeksi penyakit lainnya, gempa bumi dan tsunami.

Jadi, virus penyebab penyakit H5N1 dan H7N9, tetap ada dan risiko penularannya masih ada?

Iya, masih ada. Jadi virus H5N1 penyebarannya masih ada di seluruh Asia, Indonesia, India, Bangladesh, Timur Tengah, dan Benua Afrika khususnya Mesir. Dan cenderung berubah dari waktu ke waktu di bagian barat Eropa.

Tetap ada di unggas di Indonesia, Bangladesh, Tiongkok, dan Vietnam. Melalui unggas, kadang-kadang menularkan penyakit ke manusia.

Bagaimana caranya bagi publik agar terhindar dari virus ini (H5N1 dan H7N9), kendati tidak lagi ramai diberitakan media?

Berbeda dari flu musiman, apabila Anda terjangkit ini, maka Anda ingin melindungi orang-orang sekitar, seperti keluarga terdekat dan mereka yang rentan dari flu ini.

Tetapi, ketika hal itu terkait dengan hewan, maka diperlukan kewaspadaan tingkat tinggi agar tidak tertular. Apabila di area Anda, ada sekumpulan ayam yang mati secara tiba-tiba, maka H5N1 yang menjadi penyebabnya, maka ayam itu perlu dibakar.

Kemudian, perlu ada pendidikan kepada para peternak, bahwa ayam-ayam dalam keadaan seperti itu telah dijangkiti virus berbahaya. Bangkai ayam-ayam itu perlu dibakar.

Apabila ada ayam yang sakit jangan dikonsumsi. Agar tidak tertular, maka ayam tersebut harus benar-benar dimasak. Apabila, mereka terinfeksi virus itu, maka anggota keluarga terdekat diprediksi juga akan tertular.

Oleh sebab itu diperlukan pendidikan agar orang mengerti risikonya. Apabila, apa yang Anda harapkan, apabila di area tersebut ada ayam yang mati, otoritas setempat harus diinformasikan, sehingga mereka bisa membantu untuk mengeliminasi risiko tertular dan membantu memberikan pendidikan, sehingga tidak tertular ke desa lainnya.

Bernalar Berdaya

Apakah Sekolah Masih Penting? Apakah Generasi Muda Harus Memiliki Cita-Cita?

Isu penting yang dihadapi anak muda saat ini, termasuk cita-cita dan masa depan, konsistensi dalam mencapai tujuan, pembangunan support system yang efektif.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024