Direktur Pemberantasan BNN Brigjen Pol Benny Mamoto

"Oknum Nakal Merugikan Pemberantasan Narkoba"

Benny Mamoto (kanan)
Sumber :
  • ANTARA/Irwansyah Putra

VIVAnews - Hari Antinarkoba Internasional pada 26 Juni semakin mematangkan Badan Narkotika Internasional (BNN) untuk tidak surut menekan jaringan narkoba internasional yang terus memperdaya para korban dari Indonesia. Disebut korban, karena mereka diperdaya para jaringan ini untuk memuluskan aksinya.

Menyelami Dampak Negatif FOMO pada Pengguna Media Sosial

Seperti kisah malang yang menimpa Fabiola Merdeka Dermawan (38). Warga Negara Indonesia yang tengah hamil empat bulan, tertangkap di Bandara Hang Zhow, China pada 10 Februari 2012 karena kedapatan membawa narkoba jenis heroin dari Malaysia menuju Guang Zou. Dia diperdaya karena mabuk cinta pada pacarnya, warga Nigeria bernama Don (34) yang mengaku sebagai mahasiswa di Malaysia.

Hari antinarkoba juga semakin menguatkan taring BNN untuk menyikat habis para aparat yang tak jera membekingi para pelaku. Keterlibatan aparat memang tidak bisa dipungkiri. Hampir di semua daerah, setiap kali ada kasus narkoba sebagian besar melibatkan aparat di belakangnya. Dengan keterbatasan dana, sumberdaya, dan personel, BNN terus menggencarkan operasi pemberantasan dan pencegahan peredaran narkoba yang jumlahnya terus mengalami kenaikan.

Bagaimana BNN mengatasi aksi kejahatan narkoba? Bagaimana cara pandang BNN yang melihat narkoba bukan hanya pemakai narkoba saja tapi juga bisnis ilegal? Berikut wawancara khusus VIVAnews dengan Direktur Pemberantasan BNN Brigadir Jenderal Polisi Benny Mamoto di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan.

Sejauh mana pentingnya kerja sama luar negeri dalam pemberantasan narkoba?
Jadi kalau kita melihat kejahatan narkoba sebagai kejahatan transnasional organized crime maka mau tidak mau dalam penanganannya kerjasama internasional jadi penting dan mutlak, karena kita tahu sumber narkoba seperti heroin kokain tidak ada di Indonesia. Itu dproduksi di Amerika Selatan, Pakistan, Myanmar. Jadi tidak ada di Indonesia. Otomatis ada perjalanan narkoba dari negara asal negara transit sampai negara tujuan sehingga kita perlu membangun kerjasama lintas ini.

Contoh di mana ada kurir narkoba warga negara kita ditangkap. Kita selalu kirim tim untuk dibukakan akses interview. Tujuannya apa, nanti dia akan cerita bahwa saya disuruh ini, dikasih ini, untuk antar ini dan yang terima ini sehingga modusnya akan terungkap. Atau mungkin dia akan cerita saya tidak tahu menahu saya hanya disuruh antar ini ada tas yang isinya tidak tahu, karena pas dibuka isinya hanya pakaian, ternyata narkobanya disimpan di dinding atau di dasar koper.

Kerjasama ini apa kendalanya?
Kadang kita mengalami kendala legal system, di kami begini, di anda begitu. Nah karena semangatnya sama bahwa memandang narkoba sebagai musuh bersama yang harus diperangi bersama, maka dilakukan terobosan hukum.

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, Perindo Sampaikan 4 Sikap

Seperti akses interview, kita tidak ada kerjasama tapi karena adanya hubungan baik kita dibukakan akses. Selesai interview, kami kembangkan, kami bawa balik lagi hasilnya. Mereka terima kasih lagi. Contoh yang menarik dari Cina, kurir narkoba wanita Indonesia masuk ke Cina itu begitu banyak, salah satu modusnya wanita hamil, Fabiola.

Jadi modusnya orang Nigeria di Malaysia mendekati wanita Indonesia, dipacari, kemudian dihamili, Fabiola itu kenal dengan orang kulit hitam yang mengaku mahasiswa, padahal itu palsu semua. Dia hanya dekati, tempel, dan dihamili. ketika sudah dihamili baru dibujuk dengan mengatakan saya ada bisnis memasukkan bubuk emas ke Cina. Kalau saya bawa sample ini legal pajaknya akan mahal sekali, bubuk emas itu maksudnya heroin. Dikemas dalam softex 500 gram lebih, dipakai lalu dibawa.

Kenapa pakai wanita hamil?
Karena di Cina peraturannya kalau wanita hamil tertangkap itu tidak dihukum. Cuma dikembalikan, dideportasi aja. Nah buat sindikat ini peluang, karena hukumannya cuma dideportasi, itu juga sering terjadi.

Kita begitu dengar ini dari KBRI saya langsung berangkatkan tim, interview ke sana minta sample heroinnya ke aparat Cina, minta dipulangkan dan disidangkan di Indonesia.  Lalu orang akan bertanya, kok kejam sekali orang hamil dihukum! Tidak, kita harus hentikan modus ini, dengan kita ajukan ke pengadilan diharapkan modus ini tidak berkembang. Karena saat interview dia (Fabiola) mengaku berangkat dengan tiga orang yang lain lolos dan dia sudah dua kali melakukan ini, yang pertama lolos.

Peringati Hari Kartini, Peran Perempuan dalam Industri 4.0 Jadi Sorotan di Hannover Messe 2024

Bayangkan, ini sudah dihamili, ketika ditangkap si lakinya lari, lalu anaknya ini anak siapa. Boro-boro dibelain ini langsung putus. Jadi yang jadi korban orang kita yang menikmati orang lain. Karena setelah ditanya Fabiola menjawab motifnya bukan uang tapi karena cinta ingin membantu bisnis cowoknya. Maka dengan ini kami sepakat jangan lah modus ini berkembang karena yang jadi korban wanita Indonesia karenanya kita ajukan ke pengadilan, pesannya sudah sampai ke sindikat ini, modusnya sudah ketahuan dan dihukum.

Apa upaya lain untuk memutus sindikat luar negeri?
Kita juga memantau perkembangan sindikat yang masuk ke Indonesia. Sindikat Nigeria sudah lama, sindikat Iran masuk bergelombang dan dalam skala yang cukup besar, dan mereka sudah berpikir memindahkan pabriknya ke Indonesia, karena produksinya di Teheran ada resiko membawanya ke Indonesia, resiko ketangkap, biaya mahal dan sebagainya. Ini sudah ada indikasi mereka memindahkan, sama di Malaysia juga mereka punya indikasi memindahkan di apartemen-apartemen, di sini tidak menutup kemungkinan akan dilakukan, makanya kita pantau terus sumbernya dari mana. Dan memang kalau dari jumlah yang beredar dari jumlah yang disita memang miris.

Bayangkan menurut penelitian tahun 2011 ekstasi 48 juta butir, yang berhasil disita cuma 880 ribu butir. Tidak sampai satu juta, 47 juta lolos.  Inikan ngeri itu baru satu jenis.  Sabu 49 ribu kg yang berhasil diselamatkan 354 kg berarti 48 ribu kg lolos di peredaran. Apapun terminologi yang digunakan mau itu negara darurat narkoba atau apapun, ini adalah masalah yang sangat serius, sehingga penangannya harus serius, tidak seperti biasa, semua bergerak sama-sama. Karena membangun jaringannya cepat sekali dan perputaran uangnya tinggi sekali dan menggiurkan. 

Prakteknya seperti Hartono di Nusakambangan, dia cukup menggunakan HP untuk mengendalikan bisnis narkobanya. Tiap hari kerjanya hanya telpon terus menerus dan itu uangnya masuk ke dia, kaya raya. Bagi mereka yang biasa bermain bisnis illegal ini sangat menggiurkan, karena tidak bayar pajak.

Bagaimana mengatur sinergi kerjasama lintas instansi di dalam negeri?
Jadi kalau kita lihat di lapangan ketika kami hanya mengandalkan upaya represif saja, tidak banyak berpengaruh. Keterbatasan personil,  peralatan, dana, mental anggota, oknum yang nakal merugikan pemberantasan narkoba. Maka yang kita bangun sekarang bagaimana upaya pencegahan ini lebih dikedepankan  di samping pemberantasan pencegahan ini dikembangkan apakah dalam sosialisasi agar masyarakat terbuka wawasannya, saya yakin di antara aparat pun ada yang belum tahu heroin, saya yakin.

Ada aparat yang belum pernah liat kokain, sabu. Bagaimana masyarakat! Sehingga perlu sosialisasi ini kita lakukan sehingga paham dari wujudnya, dampaknya  kepada kesehatan sanksi hukum, ini jadi hal yang penting. Maka media juga berperan penting untuk menjangkau semua lapisan. Contoh dampak dari narkoba itu menyerang otak, orang tidak banyak tahu kalau yang diserang otak. Kalau otak yang diserang maka akan rusak, kalau rusak kualitas hidup akan menurun. Dampak lainnya bisa mispersepsi ruang dan waktu, panca indera.

Afriyani sudah terlihat. Dan lagi-lagi saya ingatkan yang dirugikan narkoba itu tidak hanya yang pakai, keluarga kena, masyarakat juga kena. Afriyani menabrak orang yang tidak bersalah. Maka perlu semua institusi terkait turun, Inpres 12 tahun 2012 instruksinya kepada seluruh Menteri, kepala lembaga, Panglima TNI, Kapolri, Gubernur, Bupati melakukan berbagai upaya sesuai peran dan fungsinya untuk pencegahan dan melakukan pemberantasan.

Apakah sindikat ini menggunakan aparat untuk beking?
Siapapun yang terlibat dalam peran aktif dalam sindikat yakni mengedarkan maupun mendistribusikan, apakah dia membocorkan informasi semua kami tindak sesuai hukum. Tidak pandang bulu siapa dia. Dan itu sudah kami buktikan.

Itu ada aparat ini kami tindak, kami konsisten bersikap seperti itu. Kami menjalin kerjasama dengan institusi lain itu dalam rangka ketika kita menindak itu lebih smooth dalam arti jangan salah paham sehingga menimbulkan reaksi yang  negatif, maka ini kami bangun kerjasama MoU dengan TNI dengan BIN, dengan harapan bila ada yang nakal kami tindak. Kami tangani bersama atau dengan membangun trust, kami ajak diam-diam lakukan operasi targetnya biar bisa lihat langsung, ambil sama-sama dan itu sudah kita lakukan.

Apakah lembaga-lembaga itu sepaham dan mendukung BNN?
Para pimpinannya sudah jelas mereka mendukung penuh, karena mereka juga bagian dari yang dapat instruksi presiden tadi. Tinggal bagaimana perannya.

Apakah masih banyak aparat yang jadi beking?
Hampir merata, di setiap daerah oknum-oknum yang terlibat ada aja. Ini jadi perhatian bersama untuk masing institusi, pimpinannya untuk selalu mengawasi.

Sebenarnya langkah pertama yang paling efektif menurut saya itu melakukan tes urine. Minimal, setelah melakukan tes ada hasil yang menyebutkan institusi saya bebas dari penyalahggunaan narkoba, peredaran belum. Nah ini belum semuanya dilakukan, maka dalam rangka hari anti narkoba internasional ini mari kita sama-sama, membeli alat tes urine akan sangat murah bila dibandingkan dengan dampak yang terjadi.

Sudah berapa lembaga yang tes urine? Efektifkah atau seremonial?

Belum banyak karena kadang sporadis, kadang hanya keterwakilan, mestinya bukan begitu tapi sampai office boy dan security, itu perlu. Karena kalau tidak kecolongan. Nah apalagi yang paling disayangkan kalau itu hanya seremonial.

Bagaimana menekan peredaran narkoba di RI?
Kembali kita melihat masalah narkoba lihatlah itu sebagai bisnis ilegal. Jangan hanya dianggap orang pakai narkoba. Karena bisnis illegal kita bicara supply and demand. Supply melimpah, demand kecil harga jatuh. Supply kecil demand tinggi harga pasti naik. Nah sekarang bagaimana menekan supply dan demand. Menekan supply dengan pemberantasan kita agresif sita aset, pemiskinan, ajukan ke pengadilan, efek jera, ini upaya pemberantasan.

Upaya menekan demand yang sudah terkena itu akan terus dilakukan, kalau ada yang sudah kena kami minta lapor. Itu nanti akan direhab. Sudah prosesnya selesai ada perawatan paska rehab, apakah nanti bagi mereka yang pengangguran akan kita carikan kerja, aktivitas supaya pelan-pelan dapat diterima masyarakat ini satu proses berkelanjutan. Karena kemungkinan kembali itu bisa, makanya harus ditangani terus, semakin banyak yang lapor rehab kan demand turun, ini penting.

Selain itu penting juga menjaga keluarga agar kuat dari pengaruh narkoba melalui pembinaan keluarga dan kerohanian.  Bayangkan yang sudah kena narkoba sekarang 2,2 persen dari jumlah penduduk atau equivalent dengan jumlah penduduk 3,8 sampai 4,2 juta penduduk. Sisanya berarti kan 97,8 persen, kalau 98,7 ini per keluarga berhasil membina keluarga dengan baik, ini kontribusinya sangat baik sekali untuk menekan angka peredaran.

Bagaimana fenomena kejahatan narkoba pada aparat yang sengaja menjebak?
Informasi pemerasan dengan modus operandi paket untuk keluarga misalnya A, itu diisi ganja, pas dikirim mereka polos tidak tahu apa-apa langsung datang orang yang mengaku petugas langsung diperas dan ini kejadian, begitu diperas kabur lalu keluarga ini mau lapor takut, tidak lapor juga merasa diperas. Akhirnya informasi ini sampai ke BNN.

Ada seribu satu macam cara. Kami sekarang waspada, kalau menangkap orang serta merta kami pesan ke keluarganya jangan percaya kepada siapapun yang menawarkan jasa, atau menyebut atas nama pejabat BNN, jangan percaya. Karena itu penipuan, dan modusnya banyak. Kalau memang terungkap betul dari hasil penyelidikan itu, kalau dia oknum aparat, kami tindak. Kalau bukan tindak pidana narkoba atau pidana umum ya kita serahkan ke Polda Metro.

Perlu diketahui BNN tidak pernah melakukan operasi razia-razia, karena target yang kita sasar sindikat-sindikat, jadi kalau yang disasar sindikat kita tidak melakukan razia-razia, undercover buy dalam jumlah kecil, nyamar kita tidak begitu. Kami dari informasi yang kami dapat, kita kembangkan dengan teknik surveillence baru kami tindak, makanya makan waktu, satu sindikat bisa dua bulan tiga bulan dan itu terus menerus.

Apakah dukungan pemerintah soal anggaran sudah memadai?
Sejauh ini apa yang kami ajukan DPR dan pemerintah mendukung penuh, pengajuan kami memang belum maksimal sekali tapi kami sesuaikan dengan kemampuan yang kami punya, keterbatasan anggota. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya