Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf

"Saya Penulis Pidato Ani Yudhoyono"

Anggota Fraksi Partai Demokrat di DPR, Nurhayati Ali Assegaf
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Partai Demokrat telah menunjuk ketua fraksi baru, Nurhayati Ali Assegaf, menggantikan Jafar Hafsah. Perempuan kelahiran Solo tahun 1963 ini memunculkan rasa ingin tahu karena tak termasuk jajaran politisi Demokrat yang vokal berbicara.

Satu hal yang mungkin menarik perhatian publik, Nurhayati pernah menjadi Staf Khusus Ibu Negara RI Ani Yudhoyono dari tahun 2004-2009. Namun Nurhayati menolak hal ini dikaitkan dengan terpilihnya dia menjadi Ketua Fraksi Demokrat. Dia pun membantah hendak memuluskan wacana majunya Ani Yudhoyono sebagai calon presiden 2014.

“Penunjukkan saya sama sekali tidak berkaitan dengan pencapresan karena saat ini adalah tahun kerja,” kata Nurhayati sesaat setelah Sekjen Demokrat Ibas Yudhoyono resmi mengumumkannya sebagai Ketua Fraksi Demokrat yang baru pada Rabu 23 Mei 2012 lalu.

Selama ini Nurhayati lebih banyak berkiprah di bidang urusan luar negeri, baik di DPR maupun di Partai Demokrat. Di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, ia menjabat sebagai Ketua Departemen Luar Negeri.

Sementara di DPR, Nurhayati tercatat sebagai anggota Komisi I DPR yang membidangi luar negeri, pertahanan, intelijen, dan komunikasi dan informatika. Tak hanya itu, Nurhayati juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) di DPR.

Sebelum berkiprah di parlemen, Nurhayati pernah menjadi pembawa acara dan sutradara acara ‘Perspektif Perempuan’ di TVRI. Ia juga sempat menjadi Managing Director Bisnis dan Konsultan Keuangan di Assegaf & Partners, serta Winarto Soemarto & Associates.

Mantan Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah menyatakan, Nurhayati mempunyai kapasitas yang mumpuni dan jam terbang politik yang tinggi. Nurhayati juga disebut mempunyai latar belakang akademis yang memadai karena ia telah mengantongi gelar doktor dari Universitas Gadjah Mada. Nurhayati rupanya meneliti tentang dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang pernah digelontorkan pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu.

Pada awal pekan ini, VIVAnews mewawancara Nurhayati di ruang kerjanya di DPR. Berikut wawancara lengkapnya:

Bagaimana awal mula jadi staf khusus Ani Yudhoyono?
Jadi saya kenal dengan Ibu Ani itu ketika kami mulai (aktif) di Demokrat. Saat kampanye, waktu itu sejak kemunculan calon legislator, Ibu Ani Wakil Ketua Umum, terus kami menyiapkan caleg perempuan. Saya menjadi manajer tim public relation beliau sehingga kami sering ketemu.

OJK Beberkan Kunci Hadapi Memanasnya Dinamika Ekonomi Global

Pemilu 2004, kebetulan saya waktu itu caleg di daerah pemilihan di Malang Raya, dan Alhamdulillah saya waktu itu mendapat suara untuk Demokrat terbesar di daerah itu. Apalagi kami baru kan waktu itu. Dan saat itu kami penghitungan suara, saya dapat nomor 3 sehingga saya tidak masuk ke DPR. Tapi ketika setelah selesai pemilihan menteri dan sebagainya, saya dipanggil ke Istana ketemu Bu Ani dan saat itulah saya menjadi staf khusus beliau. Sejak awal di Demokrat.

Kenapa memilih Demokrat?
Sebetulnya sejak 98, reformasi itu, saya sudah banyak ditawari bergabung oleh parpol, karena banyak teman saya yang di parpol. Tapi waktu itu saya tidak tertarik masuk politik. Saya sering katakan bahwa kelemahan saya adalah detail dan perfeksionis, jadi saya harus tahu detail parpol ini, seperti apa. Apakah sesuai dengan saya atau tidak, dan perfeksionis itu saya harus menyiapkan diri saya.

Ketika saya masuk, harus total, dengan melakukan pelatihan, ilmu. Ketika saya masuk ke dapil itu ya saya benar benar terjun ke parpol, karena dulunya saya ini kan pengusaha.

Usaha di bidang apa?
Business and science consultant. Dan saya juga guru, karena saya punya yayasan pendidikan sendiri.

Lalu mengapa akhirnya memilih Demokrat?
Ketika di Lemhannas saya ketemu beberapa orang Demokrat seperti TB Silalahi, Budhi Santoso, yang waktu itu mengajar saya di Lemhannas. Saya juga melihat beberapa tokoh di Demokrat,  lalu saya juga melihat anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Saya juga melihat siapa figur di Demokrat, ya figurnya adalah Pak SBY sehingga saya memutuskan untuk bergabung di Demokrat.

Alasan tertarik pada SBY?
Saya kan melihat AD/ ART dan sebagainya dan saya juga lihat Pak SBY. Saya lihat Pak SBY saat itu adalah Demokrat yang bagus, cukup menginspirasi, memotivasi, sehingga saya suka. Saya juga melihat wakil ketua umum waktu itu, Bu Ani. Saya melihat dua figur ini kok cocok ya dengan saya, selain mengusung nasional religius, kok mereka berdua ini cocok ya, saling mendukung. Bu Ani mendukung Bapak SBY, Pak SBY mendukung Bu Ani. Sehingga ini yang saya putuskan masuk Demokrat.

Bisa diceritakan bagaimana kedekatan Anda dengan Bu Ani?
Kedekatan saya pure karena saya diminta menjadi staf khusus Bu Ani. Tugas pokoknya adalah menulis pidato, artinya menulis pidato adalah ketika Bu Ani ingin berpidato, maka saya yang membuat konsepnya. Saya penulis pidato Ani Yudhoyono

Sosok Bu Ani seperti apa di mata Anda?
Dia sosok yang luar biasa, maksudnya seorang perempuan, yang rasanya saya sendiri seorang perempuan kagum. Karena saya kenal beliau secara pribadi ketika beliau sebagai istri presiden, dan beliau itu tetap menempatkan dirinya sebagai istri. Itu sampai kopinya saja Abu Ani yang membuat. Bayangkan, di tengah kesibukan seperti itu, Ibu Ani itu masih sempat meladeni suami yang seperti itu.

Kadang-kadang Ibu Ani juga masak, membuat nasi goreng, sayur asem. Juga bagaimana Ibu Ani mendidik anak anaknya, bagaimana Ibu Ani menghadapi problema, menjadi istri presiden yang harus menghadapi problema politik yang luar biasa. Nah itu Ibu Ani tunjukkan secara bijaksana.

Dengan karakter seperti itu, Ibu Ani cocok sebagai presiden?
Wah kalau melihat kemampuan beliau, tidak ada yang salah. Tapi saya tidak ingin mengomentari soal pencapresan sebelum diumumkan oleh dewan pimpinan pusat dan majelis tinggi, serta ketua dewan pembina.

Staf khusus untuk ibu negara sama pentingnya nggak dengan staf khusus presiden?
Jadi memang mungkin waktu itu, ada saat di mana saya membantu ibu negara dalam melaksanakan tugasnya, seperti menyiapkan konsep pidatonya. Saya mempersiapkan materi untuk Ibu Ani. Kenapa saat itu saya tidak muncul, karena saya adalah orang yang di belakang layar. Jadi, sebagai staf ibu negara, ya saya beda sekali dengan juru bicara presiden, tapi sebetulnya saya mempersiapkan materi yang dibutuhkan oleh ibu negara.

Bisa diceritakan karir politik Anda setelah menjadi staf khusus sampai sekarang ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Demokrat di DPR?
Jadi staf khusus juga sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat juga. Jadi tahun 2009, awal tiba-tiba saya mendapatkan tugas dari DPP untuk pergantian antarwaktu di DPR. Waktu itu 2009 awal, saya menjadi anggota DPR. Kemudian Pemilu 2009, saya maju lagi dan terpilih.

Kemudian saya ditugaskan oleh DPP untuk menjadi salah satu pimpinan di alat kelengkapan DPR, yaitu badan kerjasama antarparlemen. Nah sebagai seorang yang mendapat tugas dari DPP, tentunya saya melaksanakan tugas dengan baik. Kemudian ketika saya menjabat di BKSAP, di internasional saya melakukan terbaik, supaya DPP tidak kecewa dengan saya. Kita tahu itu amanah dan Alhamdulilah, di BKSAP itu, saya mewakili kerja sama internasional, dan saya mewakili Inter-Parliamentary Union (IPU).

Di situ pertama kali saya hadir, bulan April 2010 di Bangkok, saya terpilih secara aklamasi menjadi presiden parlemen perempuan dunia. Saat itu saya mewakili IPU itu tentu saya sering sekali diundang oleh acara acara yang diselenggarakan oleh IPU atau organisasi-organisasi dunia lainnya, saya sering diminta menjadi pembicara utama di luar negeri.

Pemprov: Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan

Waktu itu sidang di PBB, saya juga diundang di International Olympic Committee yang menentukan di mana Olympic itu ditentukan, banyak sekali saya menghadiri undangan-undang internasional. Dan IPU ini adalah organisasi parlemen dunia yang terbesar dan tertua, beranggota 162 negara, lahir 1880. Dan sebagai presiden parlemen perempuannya, saya diberi kepercayaan untuk duduk sebagai anggota komite eksekutif dan di setiap divisi diwakili oleh 4 anggota, dan saya merepresentasikan perempuan dunia.

Jadi kesibukan saya selama ini adalah kerja keras tidak pernah cuma-cuma, saya kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas. Karena saya katakan kalau kita kerja keras tidak cerdas juga kita lelah. Kita juga kerja dengan hati, dan kita bersyukur dan apa yang kita capai ini kita syukuri, sekecil apapun pencapaian itu kita tetap syukuri.

Dan alhamdulillah, dengan tidak hadir pun, saya di sidang IPU ke-126 di Uganda, saya tidak hadir karena waktu itu sedang sidang voting BBM sehingga delegasi Indonesia tidak hadir, ketika itu ada pemilihan presiden perempuan lagi di Uganda, dan dengan ketidakhadiran ini, alhamdulillah, saya justru terpilih secara aklamasi. Saya bersyulur karena mewakili Indonesia dan ini sangat fenomenal karena absen, saya malah terpilih, dan yang hadir waktu itu, Amerika dan Uganda menjadi wakil presiden.

Masih menjabat di IPU?
Karena jabatan itu adalah dipilih sehingga saya bisa mengundurkan diri ketika saya kehilangan kursi DPR.

Pertimbangan dipilih menjadi ketua fraksi?
Saya tidak tahu. Tapi saya pikir ini adalah sebuah amanah. Mungkin DPP membutuhkan pekerja keras, membutuhkan orang yang loyal karena saya merasa senang, kerja keras cerdas dan ikhlas itu menjadi melekat pada saya dan anak saya. Karena kerja keras itu tidak pernah cuma-cuma.

Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024

Seperti saya contohkan, kerja keras saya di IPU dapat dirasakan. Kontribusi kami kelihatan, jelas, kerja keras itu harus mau belajar, mau mendengar, mau berkomunikasi. Itu adalah upaya, karena itu, alhamdulillah, saya tidak tahu pertimbangannya. Saat itu saya hanya diminta untuk memegang fraksi dan saya yakin kerja selama ini yang ditunjukkan dan loyalitas saya kepada DPP mungkin menjadi pertimbangan.

Bagaimana rasanya memimpin partai paling besar di parlemen dengan berbagai dinamika politik, apalagi sekarang Demokrat banyak mendapat sorotan?
Saya bersyukur bahwa DPP menempatkan saya di BKSAP sehingga saya memiliki pengalaman memimpin 192 negara. Saya kan menjadi presiden perempuan 192 negara, bayangkan dengan dinamika politik dunia yang begitu tajam, itu yang membuat saya peka bahwa konspirasi politik itu begitu nyata. Bagaimana kita lihat kejadian kemarin, sehingga ketika itu dibawa ke sini, Insya Allah bisa.

Kalau kita melihat politik dunia yang begitu complicated itu saja bisa, artinya kalau kita tarik ke sini, dinamika politik di partai kan biasa, ini masih orang kita juga sehingga kita tahu jalan pikirannya. Sehingga Insya Allah, dengan pengalaman-pengalaman saya di dunia internasional ini, bisa. Yang penting kan komunikasi. Kalau di internasional saja bisa, apalagi di sini. Itulah yang saya yakini. Artinya saya tidak ingin membatasi diri saya dengan jabatan-jabatan ini.

Meskipun saya pernah menjadi orang dekat Ibu Ani, termasuk dalam inner circle, saya tidak mau membatasi pergaulan saya, jadi saya tidak senang memagari diri saya dengan jabatan-jabatan. Insya Allah, dengan komunikasi yang baik, kita bisa bersama-sama dengan teman-teman anggota fraksi terus mengawal kinerja pemerintah.

Ada yang perlu diperbaiki di dalam fraksi Demokrat?
Setiap orang kan punya kebijakan sendiri, kemudian ada gaya kepemimpinan orang berbeda. Untuk menyampaikan gaya kepemimpinan saya, ini kan saya perlu berkomunikasi dengan seluruh tenaga pendukung. Seperti kita mengendarai sebuah mobil, kalau kita tidak cek, mau ke luar, mau lari cepat kan harus cek semuanya, harus tune up, harus semuanya dicek.

Jadi itu yang awal saya lakukan, mengenal staf pendukung saya, Sekretaris Jenderal DPR, tenaga honorer, tenaga ahli. Dengan saya mengenal mereka, mereka juga mengenal saya. Saya harap bisa menyamakan persepsi, kemudian kita bersama-sama, begitu juga kita dengan anggota fraksi kita terus komunikasi, kemudian kita minta kita saling menjaga.

Bagaimana dengan anggota yang menjadi tersangka atau kena kasus hukum?
Bagi anggota yang terkena kasus hukum, tentu kasus hukumnya kita serahkan ke penegak hukum. Kemudian bagaimana menyikapi, ya contohnya Djufri sudah diputuskan vonis, sehingga Badan Kehormatan memutuskan pergantian antarwaktu. Nah itu yang sudah di tetapkan di Undang-undang MPR, DPR, DPD dan DPRD itu kami patuhi.

Tapi bagi yang belum mendapatkan vonis seperti Angie, kami selalu berharap dia terbebas dari dakwaan itu semua. Ini kan baru opini, diwacanakan sedemikian rupa seolah-olah (Angie bersalah). Ini kan masih proses hukum, ya kita doakan saja dia terbukti tidak bersalah.

Untuk anggota lain supaya tidak terjerat kasus hukum?
Kami diharapkan saling berkomunikasi, kami diharapkan saling melindungi, tetap komunikasi, saling menutupi kekurangan masing-masing, saling membantu, mendukung. Jadi misalnya, setiap komisi itu saling tahu anggota Demokrat satu sama lain dan kompak, dan itu untuk saling mengingatkan. Untuk menghindari kejadian seperti ini, kami diharapkan tidak berjalan sendiri-sendiri. Jadi kalau ada apa-apa, dibawa ke rapat fraksi untuk kontrol, semoga kita bisa saling mengingatkan. Kan orang bilang, trust is good but control is better.

Bagaimana mengatur sekian banyak anggota, ada kesulitan?
Alhamdulillah, saya belum menemui kesulitan, dan mudah-mudahan ke depan tidak, karena saya yakin saya suka dengan Partai Demokrat karena kadernya santun, sehingga kita bisa berkomunikasi dengan baik. Doakan mudah-mudahan bisa berjalan dengan baik. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya